Saturday 30 November 2019

METODE ILMIAH


Dalam penelitian dengan metode eksperimen, ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1.        Merumuskan Masalah
Sebelum melakukan penelitian, langkah awal yang harus dikerjakan adalah merumuskan masalah. Masalah adalah peristiwa atau keadaan yang tidak kita inginkan sehingga kita berusaha untuk mengatasinya.

Masalah penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari literature (dapat berupa buku, majalah, artikel, jurnal ilmiah, atau skripsi). Masalah dapat pula ditemukan dari pengamatan sehari-hari, misalnya mengapa padi di sawah terserang hama wereng, mengapa ikan di kolam terserang penyakit, dan mengapa tanaman di kebun sulit tumbuh.

Masalah yang ada selanjutnya kita buat rumusan sehingga disebut Rumusan Masalah. Rumusan Masalah merupakan suatu pernyataan rinci, lengkap, dan jelas mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut :
a.       Dinyatakan dalam Bentuk Kalimat Tanya
Contoh :
1.      Apakah pemberian vitamin C berpengaruh terhadap pertubuhan anak ayam?
2.      Apakah dosis pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi?

b.      Mengisyaratkan Peubah (variabel) yang akan Diteliti
Variable atau peubah adalah factor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. Pada contoh di atas tersirat ada hubungan antara dosis vitamin C dan pertumbuhan anak ayam (dosis vitamin C sebagai Variabel bebas dan pertumbuhan anak ayam sebagai Variabel terikat). Variable bebas adalah hal atau factor yang mempengaruhi, sebaliknya Variabel terikat adalah factor yang dipengaruhi.

Variable yang dinyatakan dalam rumusan masalah harus dapat diukur. Pada contoh di atas, dosis Vitamin C, dosis pupuk, pertumbuhan anak ayam, dan pertumbuhan padi merupakan variable yang dapat diukur.

c.       Dinyatakan secara eksplisit (Gamblang), singkat, dan jelas
Kalimat “Apakah pemberian dosis vitamin C berpengaruh terhadap pertumbuhan anak ayam ?” merupakan contoh kalimat yang jelas, singkat dan eksplisit.

2.        Membuat Hupotesis
Hipotesis adalah dugaan atau “jawaban” sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang akan dibuktikan kebenarannya melalui data-data atau fakta-fakta hasil penelitian. Pada umumnya, hipotesis menunjuk pada hubungan antara dua variable atau lebih. Hipotesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative.
a.       Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara satu variable dan variable yang lain.

b.      Hipotesis alternative (H1)
Hipotesis alternative adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variable yang satu dan variable yang lain.

Contoh :
Rumusan masalah               : Apakah pemberian dosis vitamin C berpengaruh terhadap pertumbuhan anak ayam?
Variabel bebas                     : Dosis vitamin C
Variabel terikat                    : Pertumbuhan anak ayam
Hipotesis nol (H0)               : Tidak ada pengaruh pemberian dosis vitamin C terhadap pertumbuhan anak ayam
Hipotesis alternatif (H1)     : Ada pengaruh pemberian dosis vitamin C terhadap pertumbuhan anak ayam

Apakah setiap penelitian harus ada hipotesisnya ? jawabannya tidak. Hal tersebut terjadi jika peneliti belum dapat menentukan dugaan sementara terhadap hasil yang akan diperoleh sehingga dia tidak perlu membuat hipotesis. Beberapa penelitian yang tidak perlu menggunakan hipotesis, antara lain penelitian deskriptif, penelitian historis, pelacakan dan penelitian eksplorasi. Sebagai contoh adalah penelitian tentang inventarisasi tumbuh-tumbuhan di cagar alam. Di sini peneliti hanya mendata jenis-jenis tanaman yang hidup di cagar alam tersebut.

3.        Mengumpulkan Data
Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Data adalah informasi atau keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang menunjukkan fakta. Data kualitatif adalah data yang berbentuk bukan angka dan tidak dapat dinyatakan dengan angka. Contohnya hasil pengamatan dengan menggunakan alat indra menghasilkan data berupa warna, bau/aroma, rasa dan tekstur objek.

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan alat ukur dan dapat dinyatakan dengan angka. Pengambilan data kuantitatif harus menggunakan alat ukur dan satuan pengukuran yang bersifat universal, artinya berlaku dan dapat diterima di seluruh dunia.

Berdasarkan sumbernya, data dapat pula dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh seorang peneliti langsung dari objeknya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak lngsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tertulis.

4.        Menganalisis Data
Nilai-nilai hasil pengamatan atau pengukuran disebut data. Data yang belum diolah dinamakan data mentah. tahap pengolahann data diawali dengan pengelompokkan dan penyajian sesuai dengan kelompoknya. Kemudian, data diolah dengan cara membuat diagram serta analisis statistic.

5.        Membuat Kesimpulan
Dalam membuat simpulan, peneliti harus memerhatikan hipotesis yang diajukan serta data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Data-data penelitian yang telah dianalisis digunakan untuk menguji hipotesis mana yang diterima sehingga kita dapat menarik simpulan dengan benar.

Tuesday 19 November 2019

JARINGAN TUMBUHAN


1.        Jaringan Meristem
Suatu jaringa dikatakan sebagai jaringan meristem kalau jaringan tersebut aktif membelah. Berdasarkan aasl-usulnya, jaringan meristem dikelompokkan menjadi :
a.         Meristem Primer
Jaringan meristematik yang berasal dari jaringan embrional. Terdapat di ujung akar dan batang. Sehingga mengakibatkan terjadinya pemanjangan (pertumbuhan primer).
b.        Meristem Sekunder
Jaringan ini berasal dari jaringan dewasa yang sudah terdiferensiasi. Jaringan ini mengakibatkan batang dan akar membesar kea rah samping (pertumbuhan sekunder). Contoh meristem sekunder adalah :
1.        Kambium
2.        Felogen
3.        Perikambium/Perisikel
4.        Parenkim Meristematik

2.        Jaringan Dewasa
a.         Epidermis
Jaringan yang ada pada permukaan terluar tumbuhan. Tersusun oleh sel-sel yang tersusun rapat sehingga sangat efektif sebagai pelindung. Selain sebagai pelindung, jaringan ini berfungsi sebagai tempat keluar-masuknya zat dan kelenjar.
b.        Vaskuler
Jaringan ini berperan dalam proses transportasi intravaskuler, terdiri atas dua berkas, yaitu :
1.        Berkas xylem
Jaringan penyusun          : Trakea, Trakeid, penyokong dan parenkim
Fungsi                             : Mengangkut air dan mineral
Catatan                                                                                          : Trakea dan Trakeid merupaka sel yang sudah mati, sering juga disebut pembuluh kayu
2.        Berkas floem
Jaringan Penyusun          : Tapis, sel pengiring, penyokong, dan parenkim
Fungsi                             : Mengangkut hasil fotosintesis
Catatan                                                                                          : Tapis merupaka sel hidup yang tidak punya inti sel, sehingga untuk aktivitasnya dibantu sel pengiring.
c.         Parenkim/Dasar
Disebut jaringan dasar atau pengisi karena berfungsi mengisi ruang-ruang kosong antar jaringan, sehingga memiliki modifikasi yang tinggi. Contohnya : Korteks, Endodermis, Empulur, Palisade, Spons.
d.        Penyokong
Jaringan yang berfungsi untuk menyokong atau menegakkan tumbuhan, terdiri dari tiga macam sel, yaitu :
1.             Kolenkim
Bentuk cenderung heksagonal, dengan penebalan dinding sel oleh selulosa dibagian sudut sel. Merupakan sel yang masih hidup. Menegakkan tumbuhan karena factor tekanan turgor.
3.        Sklerenkim
Bentuk cenderung serabut, dengan penebalan dinding sel yang merata oleh lignin. Merupakan sel mati. Memberikan daya renggang yang tinggi pada tumbuhan.
4.        Sklereid
Bentuk cenderung heksagonal dengan penebalan dinding sel yang merata oleh lignin. Merupakan sel mati. Dengan struktur seperti ini memberikan kekakuan dan kemampuan menahan tekanan yang tinggi pada sel sehingga sering juga disebut sel batu.  


Sunday 17 November 2019

Filum Platyhelminthes


Dibandingkan dengan Filum Porifera dan Cnidaria, organisasi tubuh cacing pipih ini sudah sedikit lebih maju. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, simetri bilateral dan bersifat hermaprodit. Tubuh dapat dibedakan dengan tegas antara posterior dan anterior, dorsal dan ventral. Bersifat tripoblastik, dinding tubuh terdiri atas 3 lapisan, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Ciri-ciri umum
a.         Triploblastik, tubuh terdiri dari 3 lapisan ( ektoderm , mesoderm dan endoderm tanpa rongga tubuh / selom ).
b.        Alat ekskresi berupa flame cell / sel api.
c.         Bertubuh pipih, kadang-kadang seperti pita, lunak, simetri bilateral, dan tidak bersegmen.
d.        Belum memiliki sistem peredaran darah.
e.         Alat pencernaan kadang-kadang agak kompleks dan tidak memiliki anus.
f.         Alat eksresi berupa sel-sel api dengan saluran yang berhubungan dengannya.
g.        Sistem saraf berupa ganglion otak dengan serabut saraf tepi.
h.        Umumnya bersifat parasit pada tubuh hewan lainnya.
i.          Bersifat hermafrodit, tetapi pembuahan sendiri jarang terjadi.
j.          Reproduksi :
1.         Seksual : dengan peleburan gamet jantan ( spermatozoid ) dan gamet betina (ovum). Telur yang telah dibuahi akan menjadi bagian dari penyebaran cacing ini.
2.         Aseksual, dengan fragmentasi dan regenerasi bagian tubuh, seperti ditunjukkan oleh cacing Planaria yang mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat besar.

Anatomi pada bagian dalam


 
Klasifikasi
1.        Kelas Turbellaria

a.         Dengan karakteristik : hidup Bebas, di air tawar, tidak alat pengait Contoh : Planaria ( hidup bebas di perairan tawar, terutama yang masih alami, memiliki daya regenerasi yang tinggi )
b.         Turbellaria terdiri dari sekitar 4.500 spesies, sebagian besar hidup bebas, dengan ukuran panjang antara 1 mm (0,039 in) sampai 600 mm (24 in). Sebagian besar adalah predator atau pemakan bangkai. Spesies yang ada di darat sebagian besar aktif di malam hari dan tinggal di lingkungan yang lembab seperti pada sampah daun atau kayu yang membusuk

2.        Kelas Trematoda 
a.         Dengan karakteristik : hidup Parasit, dlm tubuh organisme lain, alat pengait disekitar mulut, Mempunyai inang tetap(sapi /manusia) dan inang perantara ( siput / ikan ) Contoh : Fasciola hepatica / cacing hati ( parasit pada hewan ternak ) Clonorchis sinensis , parasit pada manusia.
b.         Trematoda merupakan cacing parasit pada vertebrata. Tubuhnya tertutup lapisan-lapisan kutikula.
c.         Trematoda atau “flukes” diperkirakan mencapai 18.000 hingga 24.000 spesies, dan dibagi menjadi dua subkelas. Hampir semua trematoda adalah parasit pada moluska dan vertebrata. Aspidogastrea, yang terdiri dari sekitar 100 spesies, merupakan parasit obligat pada moluska yang juga dapat menginfeksi kura-kura dan ikan, termasuk ikan bertulang rawan.
Contoh Spesies Kelas Trematoda :
1.        Fasciola hepatica
a.         Cacing ini hidup sebagai parasit di dalam hati manusia dan hewan ternak seperti sapi, babi, dan kerbau. Tubuhnya mencapai panjang 2-5 cm, dilengkapi alat penghisap yang letaknya mengelilingi mulut dan di dekat perut (Gambar 2). Cacing hati berkembangbiak secara seksual dengan pembuahan silang atau pembuahan sendiri (hermaprodit).
b.        Fasciola hepatica memiliki siklus hidup mulai dari dalam tubuh inangnya, ketika keluar dari tubuh inang, sampai kemudian masuk kembali sebagai parasit di tubuh inang yang baru. Perhatikan Gambar 3. Di dalam tubuh inangnya, cacing dewasa memproduksi sperma dan ovum kemudian melakukan pembuahan. Telur yang telah dibuahi kemudian keluar dari tubuh inang bersama feses (kotoran). Bila jatuh di tempat yang sesuai, telur ini akan menetas dan menjadi mirasidium (larva bersilia). Mirasidium kemudian berenang di perairan selama 8-20 jam. Bila menemukan siput air (Lymnaea javanica), mirasidium akan masuk ke tubuh siput tersebut, tetapi bila tidak bertemu siput air mirasidum akan mati. Di dalam tubuh siput, mirasidium kemudian tumbuh menjadi sporoskista. Sporokista kemudian berpartenogenesis menjadi redia dan kemudian menjadi serkaria.

2.        Clonorchis sinensis
a.         Cacing ini hidup di dalam hati dan saluran empedu manusia, anjing, atau kucing. Siklus hidupnya mirip dengan cacing hati. Inang perantaranya adalah siput, ikan, atau udang. Berikut ini siklus hidup Chlonorchis sinensis
3.        Kelas Cestoda
a.         Dengan karakteristik : hisup Parasit dalam tubuh organisme lain,alat pengait Di kepala/skoleks, memiliki kait/ rostelum, Mempunyai inang tetap( manusia) dan inang perantara ( babi / sapi ),Tubuh terdiri dari rangkaian segmen / proglotid Contoh : -Taenia solium/ cacing pita babi, parasit pada manusia dg inang perantara babi -Taenia saginata / cacing pita sapi
b.         Beberapa spesies parasit pada manusia, karena mengkonsumsi daging yang tidak diamasak dengan baik seperti daging babi (Taenia solium), daging sapi (T. saginata), dan ikan (Diphyllobothrium spp.), atau bisa juga mengkonsumsi makanan yang disiapkan dalam kondisi kebersihan yang buruk (Hymenolepis spp. ; Echinococcus spp.).
c.         T. saginata, cacing pita dari sapi, dapat tumbuh sampai 20 m (65 kaki), spesies terbesar, cacing pita paus, Polygonoporus giganticus, dapat tumbuh sampai 30 m (100 ft) . Cacing pita parasit pada vertebrata memiliki sejarah panjang: fosil dari telur Cestoda, salah satu telurnya memiliki larva yang berkembang, telah ditemukan dalam fosil kotoran (coprolita) dari hiu pada periode pertengahan sampai akhir Permian, sekitar 270 juta tahun.

Contoh spesies kelas Cestoda:
1.         Cacing pita babi (Taenia solium)
Cacing pita ini hidup pada saluran pencernaan babi dan bisa menular ke manusia. Panjang tubuhnya mencapai 3 m. Pada bagian kepala atau skoleks terdapat empat buah sucker dan kumpulan alat kait atau rostelum. Di sebelah belakang skoleks terdapat leher atau daerah perpanjangan (strobillus). Dari daerah inilah proglotid terbentuk melalui pembelahan transversal. Dalam kondisi yang optimal panjang tubuh cacing pita babi dapat mencapai 2,5-3 m dengan jumlah proglotid mencapai 1.000 buah.
2.         Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Taenia saginata tidak mempunyai rostelum (kait) pada skoleknya, dan secara umum tubuhnya mirip dengan T. solium. Cacing dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia, masuk ke dalam tubuh manusia melalui sapi sebagai hospes intermediet. Cacing ini tidak begitu berbahaya dibandingkan T. solium. Namun demikian cacing ini tetap merugikan, karena menghambat penyerapan makanan dalam tubuh manusia.

Peranan
Dalam kehidupan sehari-hari diketahui bahwa anggota filum platyhelminthes sebagian besar merugikan manusia karena bersifat parasit, baik di dalam tubuh manusia seperti : cacing pita ( Taenia saginata, Taenia solium ) maupun hewan seperti cacing hati ( Fasciola hepatica ) . Sementara, itu anggota platyhelminthes yang berguna belum diketahui secara pasti. Hanya saja jenis Planaria banyak dimanfaatkan manusia dalam dunia penelitian maupun pendidikan karena mempunyai kemampuan regenerasi tang tinggi.



Saturday 16 November 2019

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang tertera pada Permendikbud tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor 22 Tahun 2016

1.     Hakikat RPP

RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup:
a.      Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; materi pokok;
b.      Alokasi waktu;
c.      Tujuan pembelajaran, KI, KD, indikator pencapaian kompetensi;
d.      Materi pembelajaran;
e.      Kegiatan pembelajaran;  
f.       Penilaian; dan
g.      Media/alat, bahan, dan sumber belajar.

Pengembangan RPP disusun sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah.

Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.

Prinsip Penyusunan RPP

Prinsip-prinsip RPP yang harus diikuti pada saat penyususn RPP adalah:
1.      Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar (KD) sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2.      Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3.      Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4.      Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
5.      Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri.
6.      Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
7.      Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan/atau antar muatan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8.      Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
9.      Berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
10.   Berbasis konteks. Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

Komponen dan Sistematika RPP

Komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah
Mata pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
Alokasi Waktu

Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi Dasar

(1)    KD pada KI-1

(2)    KD pada KI-2

(3)    KD pada KI-3

(4)    KD pada KI-4

Indikator Pencapaian Kompetensi
1.      Indikator KD pada KI-1
2.      Indikator KD pada KI-2
3.      Indikator KD pada KI-3
4.      Indikator KD pada KI-4
Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial)


Kegiatan Pembelajaran

a.      Pertemuan Pertama: (...JP)
1.      Kegiatan Pendahuluan
2.      Kegiatan Inti
·           Mengamati
·           Menanya
·           Mengumpulkan informasi/mencoba
·           Menalar/mengasosiasi
·           Mengomunikasikan
3.      Kegiatan Penutup

b.      Pertemuan Kedua: (...JP)

1.      Kegiatan Pendahuluan
2.      Kegiatan Inti **)
·          Mengamati Menanya
·          Mengumpulkan informasi/mencoba
·          Menalar/mengasosiasi
·          Mengomunikasikan
3.    Kegiatan Penutup

c.      Pertemuan seterusnya.


Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a.      Teknik penilaian
b.      Instrumen penilaian
·           Pertemuan Pertama
·           Pertemuan Kedua
·           Pertemuan seterusnya

c.      Pembelajaran Remedial dan Pengayaan.
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian.

Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.      Media/alat
2.      Bahan
3.      Sumber Belajar

Langkah Penyusunan RPP
Langkah langkah penyusunan RPP berdasarkan Permendikbud No. 22 tahun 2016 sebagai berikut:
a.      Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran; (3) proses pembelajaran;           (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;
b.      Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4;

c.      Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial;
d.      Penjabaran kegiatan pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar;
e.      Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
f.       Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran;
g.      Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian; dan
h.      Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.




Penilaian Harian Zat Aditif dan Adiktif

  A.    Pilihlah jawaban yang paling benar! 1.     Dalam suatu botol kemasan minuman tertuliskan bahwa komposisinya berupa air, fruktosa, ...