Sunday 17 November 2019

Filum Platyhelminthes


Dibandingkan dengan Filum Porifera dan Cnidaria, organisasi tubuh cacing pipih ini sudah sedikit lebih maju. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, simetri bilateral dan bersifat hermaprodit. Tubuh dapat dibedakan dengan tegas antara posterior dan anterior, dorsal dan ventral. Bersifat tripoblastik, dinding tubuh terdiri atas 3 lapisan, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Ciri-ciri umum
a.         Triploblastik, tubuh terdiri dari 3 lapisan ( ektoderm , mesoderm dan endoderm tanpa rongga tubuh / selom ).
b.        Alat ekskresi berupa flame cell / sel api.
c.         Bertubuh pipih, kadang-kadang seperti pita, lunak, simetri bilateral, dan tidak bersegmen.
d.        Belum memiliki sistem peredaran darah.
e.         Alat pencernaan kadang-kadang agak kompleks dan tidak memiliki anus.
f.         Alat eksresi berupa sel-sel api dengan saluran yang berhubungan dengannya.
g.        Sistem saraf berupa ganglion otak dengan serabut saraf tepi.
h.        Umumnya bersifat parasit pada tubuh hewan lainnya.
i.          Bersifat hermafrodit, tetapi pembuahan sendiri jarang terjadi.
j.          Reproduksi :
1.         Seksual : dengan peleburan gamet jantan ( spermatozoid ) dan gamet betina (ovum). Telur yang telah dibuahi akan menjadi bagian dari penyebaran cacing ini.
2.         Aseksual, dengan fragmentasi dan regenerasi bagian tubuh, seperti ditunjukkan oleh cacing Planaria yang mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat besar.

Anatomi pada bagian dalam


 
Klasifikasi
1.        Kelas Turbellaria

a.         Dengan karakteristik : hidup Bebas, di air tawar, tidak alat pengait Contoh : Planaria ( hidup bebas di perairan tawar, terutama yang masih alami, memiliki daya regenerasi yang tinggi )
b.         Turbellaria terdiri dari sekitar 4.500 spesies, sebagian besar hidup bebas, dengan ukuran panjang antara 1 mm (0,039 in) sampai 600 mm (24 in). Sebagian besar adalah predator atau pemakan bangkai. Spesies yang ada di darat sebagian besar aktif di malam hari dan tinggal di lingkungan yang lembab seperti pada sampah daun atau kayu yang membusuk

2.        Kelas Trematoda 
a.         Dengan karakteristik : hidup Parasit, dlm tubuh organisme lain, alat pengait disekitar mulut, Mempunyai inang tetap(sapi /manusia) dan inang perantara ( siput / ikan ) Contoh : Fasciola hepatica / cacing hati ( parasit pada hewan ternak ) Clonorchis sinensis , parasit pada manusia.
b.         Trematoda merupakan cacing parasit pada vertebrata. Tubuhnya tertutup lapisan-lapisan kutikula.
c.         Trematoda atau “flukes” diperkirakan mencapai 18.000 hingga 24.000 spesies, dan dibagi menjadi dua subkelas. Hampir semua trematoda adalah parasit pada moluska dan vertebrata. Aspidogastrea, yang terdiri dari sekitar 100 spesies, merupakan parasit obligat pada moluska yang juga dapat menginfeksi kura-kura dan ikan, termasuk ikan bertulang rawan.
Contoh Spesies Kelas Trematoda :
1.        Fasciola hepatica
a.         Cacing ini hidup sebagai parasit di dalam hati manusia dan hewan ternak seperti sapi, babi, dan kerbau. Tubuhnya mencapai panjang 2-5 cm, dilengkapi alat penghisap yang letaknya mengelilingi mulut dan di dekat perut (Gambar 2). Cacing hati berkembangbiak secara seksual dengan pembuahan silang atau pembuahan sendiri (hermaprodit).
b.        Fasciola hepatica memiliki siklus hidup mulai dari dalam tubuh inangnya, ketika keluar dari tubuh inang, sampai kemudian masuk kembali sebagai parasit di tubuh inang yang baru. Perhatikan Gambar 3. Di dalam tubuh inangnya, cacing dewasa memproduksi sperma dan ovum kemudian melakukan pembuahan. Telur yang telah dibuahi kemudian keluar dari tubuh inang bersama feses (kotoran). Bila jatuh di tempat yang sesuai, telur ini akan menetas dan menjadi mirasidium (larva bersilia). Mirasidium kemudian berenang di perairan selama 8-20 jam. Bila menemukan siput air (Lymnaea javanica), mirasidium akan masuk ke tubuh siput tersebut, tetapi bila tidak bertemu siput air mirasidum akan mati. Di dalam tubuh siput, mirasidium kemudian tumbuh menjadi sporoskista. Sporokista kemudian berpartenogenesis menjadi redia dan kemudian menjadi serkaria.

2.        Clonorchis sinensis
a.         Cacing ini hidup di dalam hati dan saluran empedu manusia, anjing, atau kucing. Siklus hidupnya mirip dengan cacing hati. Inang perantaranya adalah siput, ikan, atau udang. Berikut ini siklus hidup Chlonorchis sinensis
3.        Kelas Cestoda
a.         Dengan karakteristik : hisup Parasit dalam tubuh organisme lain,alat pengait Di kepala/skoleks, memiliki kait/ rostelum, Mempunyai inang tetap( manusia) dan inang perantara ( babi / sapi ),Tubuh terdiri dari rangkaian segmen / proglotid Contoh : -Taenia solium/ cacing pita babi, parasit pada manusia dg inang perantara babi -Taenia saginata / cacing pita sapi
b.         Beberapa spesies parasit pada manusia, karena mengkonsumsi daging yang tidak diamasak dengan baik seperti daging babi (Taenia solium), daging sapi (T. saginata), dan ikan (Diphyllobothrium spp.), atau bisa juga mengkonsumsi makanan yang disiapkan dalam kondisi kebersihan yang buruk (Hymenolepis spp. ; Echinococcus spp.).
c.         T. saginata, cacing pita dari sapi, dapat tumbuh sampai 20 m (65 kaki), spesies terbesar, cacing pita paus, Polygonoporus giganticus, dapat tumbuh sampai 30 m (100 ft) . Cacing pita parasit pada vertebrata memiliki sejarah panjang: fosil dari telur Cestoda, salah satu telurnya memiliki larva yang berkembang, telah ditemukan dalam fosil kotoran (coprolita) dari hiu pada periode pertengahan sampai akhir Permian, sekitar 270 juta tahun.

Contoh spesies kelas Cestoda:
1.         Cacing pita babi (Taenia solium)
Cacing pita ini hidup pada saluran pencernaan babi dan bisa menular ke manusia. Panjang tubuhnya mencapai 3 m. Pada bagian kepala atau skoleks terdapat empat buah sucker dan kumpulan alat kait atau rostelum. Di sebelah belakang skoleks terdapat leher atau daerah perpanjangan (strobillus). Dari daerah inilah proglotid terbentuk melalui pembelahan transversal. Dalam kondisi yang optimal panjang tubuh cacing pita babi dapat mencapai 2,5-3 m dengan jumlah proglotid mencapai 1.000 buah.
2.         Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Taenia saginata tidak mempunyai rostelum (kait) pada skoleknya, dan secara umum tubuhnya mirip dengan T. solium. Cacing dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia, masuk ke dalam tubuh manusia melalui sapi sebagai hospes intermediet. Cacing ini tidak begitu berbahaya dibandingkan T. solium. Namun demikian cacing ini tetap merugikan, karena menghambat penyerapan makanan dalam tubuh manusia.

Peranan
Dalam kehidupan sehari-hari diketahui bahwa anggota filum platyhelminthes sebagian besar merugikan manusia karena bersifat parasit, baik di dalam tubuh manusia seperti : cacing pita ( Taenia saginata, Taenia solium ) maupun hewan seperti cacing hati ( Fasciola hepatica ) . Sementara, itu anggota platyhelminthes yang berguna belum diketahui secara pasti. Hanya saja jenis Planaria banyak dimanfaatkan manusia dalam dunia penelitian maupun pendidikan karena mempunyai kemampuan regenerasi tang tinggi.



No comments:

Post a Comment

Penilaian Harian Zat Aditif dan Adiktif

  A.    Pilihlah jawaban yang paling benar! 1.     Dalam suatu botol kemasan minuman tertuliskan bahwa komposisinya berupa air, fruktosa, ...