A.
SEJARAH PENEMUAN VIRUS
Sejarah
penemuan virus diawali pada tahun 1876 ketika Adolf Edward Meyer mengamati adanya penyakit pada daun tembakau
yang sangat menular. Penyakit tanaman itu ia beri nama penyakit mosaic. Ia
kemudian meneliti dan menyimpulkan bahwa penyakit itu tidak disebabkan oleh
mikroorganisme ataupun kekurangan unsur hara. Ia menduga bahwa penyakit itu
ditularkan oleh “zat semacam enzim yang larut”.
Percobaan
Adolf Edward Meyer :
Pada
tahun 1892, Dmitri Ivanowski
meneliti penyakit mosaic pada tanaman tembakau. Caranya, ia membuat filtrate
daun tembakau yang terkena penyakit tersebut. Ternyata, filtrate tersebut dapat
menyebabkan penyakit yang sama pada tanaman lain yang sehat. Ketika perlakuan
tersebut diulang, hasilnya tetap sama.
Percobaan
Dmitri Ivanowski :
Tahun
1895, Dr. Martinus W. Beijerinck, menggunakan
cara yang sama dengan Ivanowski untuk meneliti penyakit mosaic pada tanaman
tembakau. Ia juga menemukan bahwa penyebab penyakit tersebut dapat melewati
saringan bakteri Chamberland. Ia kemudian dapat membuktikan bahwa zat penular
penyakit mosaic tersebut berbeda secara esensial dengan mikroorganisme
(bakteri).
Pada
tahun 1935, Wendell Meredith Stanley berhasil
mengkristalkan virus penyebab penyakit mosaic tembakau yang diberi nama virus
mosaic tembakau (tobacco mosaic
virus/TMV). Subatansi tersebut tetap memiliki daya pathogen tinggi,
meskipun sudah mengalami penghabluran berkali-kali.
B.
STRUKTUR VIRUS
1.
Inti
Inti
virus tersusun atas satu jenis asam nukleat. Asam nukleat tersebut bersifat
khas dan merupakan salah satu dasar pengelompokan (klasifikasi) virus.
Berdasarkan jenis asam nukleatnya, virus dikelompokkan menjadi dua, yaitu virus
DNA dan virus RNA.
a. Virus DNA
Sesuai
dengan namanya, virus ini memiliki asam nukleat DNA. Berikut ini adalah
beberapa nama family virus DNA beserta contohnya.
1) Myoviridae, contohnya fag T4 (virus pada bakteri)
2) Herpesviridae, contohnya Simplexvirus (virus herpes) dan Cytomegalovirus,
keduanya virus pada manusia.
3) Circoviridae, contohnya Chicken anemia virus (virus anemia pada ayam);
4) Hepadnaviridae, contohnya Orthohepadnavirus (virus hepatitis B pada manusia).
b. Virus RNA
Kelompok
virus ini berbahan genetic RNA. Berikut ini adalah beberapa nama family virus
RNA beserta contohnya :
1) Retroviridae, contohnya HIV (human immunodeficiency virus);
2) Paramyxoviridae, contohnya Morbilivirus (virus campak pada manusia);
3) Rhabdoviridae, contohnya Lyssavirus (virus rabies pada vertebrata);
4) Orthomyxoviridae, contohnya Orthomyxovirus (virus influenza pada manusia);
5) Arenaviridae, contohnya Arenavirus (virus meningitis pada manusia);
6) Picornaviridae, contohnya Enterovirus (virus polio), Hepatovirus
(virus hepatitis A), dan Aphtovirus
(virus penyakit kuku dan mulut);
7) Coronaviridae, contohnya Coronavirus (virus flu burung);
8) Togaviridae, contohnya Rubivirus (virus rubella pada manusia), dan Tobamovirus (virus mosaic pada tanaman tembakau).
Selubung
protein (kapsid) adalah selubung
yang membungkus asam nukleat (DNA atau RNA) sehingga disebut juga nukleokapsid. Kapsid tersusun atas
subunit-subunit protein yang disebut kapsomer.
Kapsid ada yang berbentuk icosahedral, heliks, atau bentuk lainnya. Kapsid memiliki tiga fungsi, yaitu :
a. Membungkus dan melindungi asam nukleat agar tidak
tercerna oleh enzim,
b. Memberikan tempat perlekatan yang memungkinkan virion
dapat melekat pada sel inang, dan
c. Memberi bentuk pada virion.
3.
Amplop
Amplop
adalah membrane lipid (lemak) yang mengelilingi kapsid. Amplop ditemukan hanya pada beberapa virus, contohnya virus influenza. Virus ini disebut “virus beramplop” sebagai kebalikan dari
virus telanjang. Amplop tersusun atas dua lapis lemak yang diselingi molekul protein (lipoprotein bilayer) dan
mengandung bahan-bahan dari membrane sel inang.
C.
REPRODUKSI VIRUS
Reproduksi
virus berlangsung dengan proses replikasi, yaitu protein-protein kapsid dan
asam nukleatnya memperbanyak diri di dalam sel inang. Virus dapat bereproduksi
dengan cara siklus litik atau siklus lisogenik.
1. Siklus Litik
Cara
reproduksi tipe ini selalu diakhiri dengan lisis ataupecahnya sel inang untuk
melepaskan fag-fag baru. Oleh karena itulah, siklus ini disebut siklus litik. Sel
inang yang mengalami lisis selanjutnya akan mati. Virus yang menyebabkan
pecahnya sel inang disebut virus
virulen. Contoh virus virulen adalah
bateri fag T4, yaitu virus yang menginfeksi bakteri Eschericia coli.
Siklus
litik terdiri atas lima tahap, yaitu perlekatan, penetrasi, replikasi,
sintesis, perakitan serta pembebasan fag.
a. Perlekatan
Perlekatan
adalah peristiwa melekatnya fag pada dinding sel bakteri. Fag melekat pada sel
bakteri melalui ekor dan serabut ekornya. Perlekatan tersebut hanya terjadi
pada tempat khusus yang sesuai. Tempat yang sesuai itu disebut reseptor. Reseptor tersebut harus
benar-benar cocok bagi fag karena jika tidak, virus tidak dapat melakukan
perlekatan. Dengan kata lain, tidak setiap virus dapat melekat pada sembarang
bakteri.
b. Penetrasi
Penetrasi
merupakan peristiwa penyuntikan DNA fag ke dalam sel bakteri. Pada peristiwa
ini, DNA fag masuk ke dalam sel, sedangkan selubung proteinnya tetap tinggal di
luar sel. Fag menghasilkan enzim lisozim yang merusak dinding sel bakteri
sehingga mempermudah penetrasi.
c. Replikasi dan Sintesis
Bagian
virus yang memasuki sel adalah DNA pembawa informasi yang diperlukan bagi
sintesis partikel-partikel virus baru. DNA virusn atau fag yang masuk tadi
segera mengambil alih perlengkapan metabolisme sel inang. DNA fag mengambil
alih ribosom sel bakteri untuk menyintesis protein virus yang berupa enzim. Enzim
virus menyebabkan replikasi DNA fag. Bersamaan dengan itu, DNA bakteri dirusak
dan sintesis DNA serta protein bakteri juga dihentikan. Selanjutnya, terjadi
pembentukan protein penyusun kapsid, baik untuk bagian kepala, ekor, maupun
serabut ekor.
d. Perakitan
Setelah
semua bagian-bagian fag terbentuk dengan lengkap, akhirnya DNA-DNA fag dan
protein-protein selubung dirakit menjadi fag yang lengkap (virion). Pada tahap
ini, mula-mula akan dirakit protein-protein yang menyusun kapsid, selanjutnya
kapsid diisi dengan DNA yang merupakan intinya. Setelah itu, baru ditambahkan
komponen ekornya.
e. Pelepasan Fag
Pada
tahap ini dinding sel bakteri akan dilisiskan oleh enzim lisozim fag dan
diikuti dengan pelepasan fag-fag baru. Pada peristiwa ini dapat dihasilkan 200
fag baru yang siap menginfeksi bakteri lain untuk memulai siklus litik lagi. Waktu
yang diperlukan dari perlekatan sampai pelepasan fag baru bervariasi bergantung
pada jenis virusnya, tetapi berkisar 20 hingga 40 menit. Virus T memerlukan
waktu kira-kira 25 menit untuk satu siklus.
2. Siklus Lisogenik
Pada
siklus lisogenik, fag yang menginfeksi tidak menyebabkan lisisnya sel inang. Virus
semacam ini disebut temperate (moderat). Tiddak seperti virus virulen yang
melisiskan sel inang, virus temperate
tidak selalu menghancurkan sel inang. Tahap-tahap pada siklus lisogenik hampir
sama dengan tahap-tahap pada siklus
litik. Pertama-tama, virus akan melekat pada sel inang, kemudian akan melakukan
penetrasi DNA-nya. Setelah DNA fag masuk, DNA fag ini tidak merusak metabolism bakteri,
tetapi bergabung dengan DNA bakteri. Fag yang bergabung dengan DNA bakteri
disebut profag.
Dalam
keadaan bergabung dengan DNA inang, DNA profag bereplikasi bersama dengan DNA
bakteri dan tunduk pada aturan DNA bakteri. Jika bakteri membelah diri, profag
juga akan ikut membelah sehingga sel anakan bakteri selalu membawa profag baru.
Dalam kondisi normal, profag akan nyaman bergabung dan ikut memperbanyak diri
bersama bakteri yang ditumpanginya (bersifat laten). Namun, jika tiba-tiba
kondisi menjadi tidak nyaman, misalnya ada sinar ultraviolet profag akan keluar
dari DNA bakteri, selanjutnya ia dapat memperbanyak diri di dalam sel sebagai fag virulen. Jadi, fag akan melakukan
siklus litik yang menyebabkan lisisnya sel inang dan pelepasan fag-fag baru. Contoh
virus yang mengalami siklus lisogenik adalah virus herpes dan HIV.
No comments:
Post a Comment