Untuk
memperoleh hasil penilaian yang optimal, maka kegiatan penilaian harus bertitik
tolak dari prinsip-prinsip umum. Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Bab
IV Pasal 5, Prinsip Penilaian Hasil Belajar adalah sebagai berikut.
a. Sahih, berarti penilaian
didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian
didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian
tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian
oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur
penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui
oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan
berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian
dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti
penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i.
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Prinsip khusus dalam
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut.
a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
d. Berbasis kinerja peserta didik.
e. Memotivasi belajar peserta didik.
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar
peserta didik.
g. Memberi kebebasan peserta didik untuk
mengkonstruksi responnya.
h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
pembelajaran.
k. Menghendaki balikan yang segera dan terus
menerus.
l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia
nyata.
m. Terkait dengan dunia kerja.
n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari
dunia nyata.
Dalam
pelaksanaan penilaian hal yang penting dalam kegiatan penilaian adalah adanya
triangulasi antara tujuan pembelajaran/indikator, kegiatan pembelajaran, dan
penilaiannya itu sendiri, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Ketiga komponen saling terkait satu dengan lainnya. Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan,
dilakukan kegiatan pembelajaran, dan untuk mengukur ketercapaian tujuan
dilakukan penilaian/evaluasi.
Gambar
4. Triangulasi Pembelajaran
Aspek-Aspek Pada Penilaian
Proses dan Hasil Belajar
Pembelajaran saat ini menggunakan penilaian autentik, yaitu bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian autentik adalah suatu proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta
didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat
Kurikulum, 2009). Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan
pembelajaran secara langsung, membangun kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir
yang lebih tinggi
Dalam pelaksanaannya,
penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses
pembelajaran. Penilaian autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi
pengetahuan atau keahlian peserta didik dalam konteks yang mendekati dunia riil
atau kehidupan nyata. Oleh karena itu, penilaian autentik sering disejajarkan
dengan performance assesment, alternative assessment, direct assessment,
dan realistic assessment. Dengan kata
lain penilaian autentik dinamakan
penilaian berbasis kinerja, karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur
kinerja aktual peserta didik, di mana peserta didik diminta untuk melakukan
tugas-tugas yang bermakna dengan dunia nyata atau kontekstual.
Dalam penilaian autentik
tersebut, lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi
sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan. Oleh karena itu, aspek yang dinilai pun meliputi aspek
spiritual, aspek sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Tabel 2. berisikan gambaran umum dan
rincian penilaian untuk masing-masing ranah.
Tabel 2.
Gambaran umum Aspek dan Rincian Aspek Penilaian.
No
|
Aspek Penilaian
|
Rincian Aspek Penilaian
|
||
|
|
|
||
1.
|
Pengetahuan
(Dimensi
|
Mengetahui
|
||
|
pengetahuan faktual, konseptual,
|
|
||
|
prosedural,
dan metakognitif)
|
Memahami
|
||
|
|
|
||
|
|
Menerapkan
|
||
|
|
|
||
|
|
Menganalisis
|
||
|
|
|
||
|
|
Mengevaluasi
|
||
|
|
|
||
|
|
Mencipta
|
||
|
|
|
||
2.
|
Sikap
spiritual dan sikap sosial
|
Menerima
|
||
|
|
|
||
|
|
Menanggapi
|
||
|
|
|
||
|
|
Menghargai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menghayati
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Mengamalkan
|
||
|
|
|
|
|
3
|
a.
Keterampilan abstrak
|
Mengamati
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Menanya
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Mengumpulkan
|
||
|
|
Informasi/Mencoba,
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menalar/Mengasosiasi
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Mengomunikasikan
|
||
|
|
|
|
|
|
b.
Keterampilan konkrit
|
Meniru
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Melakukan
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Menguraikan
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Merangkai
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Memodifikasi
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Mencipta.
|
||
|
|
|
|
|
a.
Aspek Sikap pada Mata Pelajaran IPA
Sikap adalah kecenderungan
untuk merespons secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap
stimulus tersebut (Arifin, 2014). Respons yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu objek mungkin positif, mungkin juga negatif. Kondisi tersebut
bergantung pada penilaian terhadap objek yang dimaksud apakah objek yang penting
atau tidak. Sikap juga sebagai ekspresi atas nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan
perilaku atau tindakan yang diharapkan.
Sikap merupakan bagian dari
ranah afektif yang mencakup aspek sikap itu sendiri, minat, konsep diri, dan
moral. Ranah afektif merupakan bagian dari hasil belajar. Hasil belajar
mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar,
danhasil afektif. Andersen
(dalam Direktorat Pembinaan SMP, 2010) sependapat dengan Bloom bahwa
karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan
perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat
berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah
afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, atau nilai.
Ada 5 (lima) tipe
karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
moral (Majid, 2014).
1)
Sikap
Sikap merupakan suatu
kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.
Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan
untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara
positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap
peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata
pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus
lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris
dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu
indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk
itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar
peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi
lebih positif.
2) Minat
Menurut Getzel (1966),
minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia (1990), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya.
Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas
tinggi.
3) Konsep
Diri
Menurut Smith, konsep diri
adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi
seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai
tinggi.
Konsep diri ini penting
untuk menentukan jenjang karier peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi
peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
4) Nilai
Nilai menurut Rokeach
(1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung
menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku.
Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat
dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh Tyler (1973: 7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas,
atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek,
aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap,
dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik
untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
5)
Moral
Piaget
(1932) dan Kohlberg
(1958) banyak membahas
tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah
hubungan antara judgement moral dan
tindakan moral. Mereka hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui
penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada
bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar
terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai
orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan
keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan
berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik terhadap kompetensi sikap
spiritual dan kompetensi sikap sosial meliputi tingkatan sikap menerima,
menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai
sosial. Menurut Krathwohl (2002) bila ditelusuri hampir semua tujuan
pengetahuan mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya di
dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah bagian dari komponen
afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing,
organization, dan characterization.
a. Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau
attending, peserta didik memiliki
keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan,
musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik
pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik
mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan
sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan,
yaitu kebiasaan yang positif.
b.
Tingkat responding
Responding
merupakan
partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan
fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini
menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau
kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah
minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada
aktivitas khusus. Misalnya, senang membaca buku, senang bertanya, senang
membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
c.
Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai,
keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat
internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu
nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian
berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar
pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar
nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
d.
Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai
lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem
nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa
konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan
filsafat hidup.
e. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif
tertinggi adalah characterization
nilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
Sikap bermula dari perasaan
(suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.
Contoh sasaran Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial pada
mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut.
|
Tabel
3. Sasaran Penilaian Aspek Sikap.
|
|
|
Tingkatan Sikap
|
Deskripsi Sikap
|
Menerima nilai
|
Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan
|
|
perhatian
terhadap nilai tersebut
|
Menanggapi
|
Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas
|
nilai
|
dalam
membicarakan nilai tersebut
|
Menghargai
|
Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut;
|
nilai
|
dan
komitmen terhadap nilai tersebut
|
Menghayati
|
Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem
|
nilai
|
nilai
dirinya
|
Mengamalkan
|
Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam
|
nilai
|
berpikir,
berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter)
|
Dalam kaitannya
dengan penilaian, pemilihan kata kerja operasional pada indikator pencapaian
kompetensi yang tepat memegang peranan penting untuk mengukur pencapain
kompetensi dasar oleh peserta didik dalam pembelajaran. Kata kerja operasional
aspek sikap merupakan acuan bagi guru dalam mendeteksi perubahan perilaku sehingga
guru dapat mengukurnya. Berikut ini kata kerja operasional yang dapat digunakan
dalam aspek sikap.
a)
Menerima : memilih, mempertanyakan,
mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, meminati
b)
Menanggapi : menjawab, membantu, mengajukan,
mengompromika, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan,
melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, menolak
c)
Menilai : mengasumsikan, meyakini,
melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengimani,
mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, menyumbang
d)
Mengelola : menganut, mengubah, menata,
mengklasifikasikan, mengombinasikan, mempertahankan, membangun, membentuk
pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasi, merembuk
e)
Menghayati : mengubah perilaku, berakhlak
mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan,
membuktikan, memecahkan.
b.
Aspek Pengetahuan dalam Mata Pelajaran IPA
Sasaran Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi pengetahuan, meliputi tingkatan
kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif. Tingkatan kognitif ini mengacu pada tingkatan
Taksonomi Bloom versi revisi. Sebelumnya, kita mengenal klasifikasi secara
hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam tingkatan, dengan
penomoran C1 sampai C6, yang terdiri atas: (C1) knowledge (pengetahuan), (C2) comprehension
(pemahaman atau persepsi), (C3) application
(penerapan), (C4) analysis (penguraian
atau penjabaran), (C5) synthesis
(pemaduan), dan (C6) evaluation
(penilaian).
Pada Taksonomi
Bloom revisi terdapat pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan dengan
dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi yang lama dimensi pengetahuan
dimasukkan pada jenjang paling bawah (Pengetahuan), pada taksonomi yang baru
pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pemisahan ini
dilakukan sebab dimensi pengetahuan berbeda dari dimensi proses kognitif.
Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan proses kognitif merupakan kata
kerja. Setidaknya ada dua nilai positif dari taksonomi yang baru ini dalam
kaitannya dengan asesmen. Pertama, karena pengetahuan dipisah dengan proses
kognitif, guru dapat segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum
diukur. Pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif merupakan dua macam
pengetahuan yang dalam taksonomi yang lama kurang mendapat perhatian. Dengan
dimunculkannya pengetahuan prosedural, guru IPA akan lebih terdorong
mengembangkan soal untuk mengukur keterampilan proses peserta didik yang selama
ini masih sering terabaikan.
Tabel 4.
Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif.
Dimensi Pengetahuan
|
|
Dimensi Proses Kognitif
|
Pengetahuan
Faktual
|
C.1.
Mengingat (Remember)
|
|
a.
Pengetahuan tentang terminologi
|
1.
|
Mengenali
(recognizing)
|
b.
Pengetahuan tentang bagian detail dan
|
2.
|
Mengingat
(recalling)
|
unsur-
unsur
|
|
|
Pengetahuan
Konseptual
|
C.2.
Memahami (Understand)
|
|
a.
Pengetahuan tentang klasifikasidan kategori
|
1.
|
Menafsirkan
(interpreting)
|
b.
Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
|
2.
|
Memberi
contoh (exampliying)
|
c.
Pengetahuan tentang teori, model dan
|
3.
|
Meringkas
(summarizing)
|
struktur
|
4.
|
Menarik
inferensi (inferring)
|
|
5.
|
Membandingkan
(compairing)
|
|
6.
|
Menjelaskan
(explaining)
|
|
|
|
Pengetahuan
Prosedural
|
C.3.
Mengaplikasikan (Apply)
|
|
a.
Pengetahuan tentang keterampilan khusus yg
|
1.
|
Menjalankan
(executing)
|
berhubungan
dengan suatu bidang tertentu
|
2.
|
Mengimplementasikan
|
dan
pengetahuan algoritma
|
(implementing)
|
|
b.
Pengetahuan tentang teknik dan metode
|
|
|
c.
Pengetahuan tentang kriteria penggunaan
|
|
|
suatu
prosedur
|
|
|
4.
Pengetahuan Metakognitif
|
C.4.
Menganalisis (Analyze)
|
|
a.
Pengetahuan strategik
|
1.
|
Menguraikan
(diffrentiating)
|
b.
Pengetahuan tentang operasi kognitif
|
2.
|
Mengorganisir(organizing)
|
c.
Pengetahuan tentang diri sendiri
|
3.
|
Menemukan
makna tersirat
|
|
(attributing)
|
|
|
|
|
|
C.5.
Evaluasi (Evaluate)
|
|
|
1.
|
Memeriksa
(Checking)
|
|
2.
|
Mengritik
(Critiquing)
|
|
C.6.
Membuat (Create)
|
|
|
1.
|
Merumuskan
(generating)
|
|
2.
|
Merencanakan
(planning)
|
|
3.
|
Memproduksi
(producing)
|
Setiap
tingkatan kognitif dicirikan dengan karakteristik kegiatan pembelajaran yang
berbeda-beda. Berikut ini sasaran penilaian hasil belajar IPA oleh pendidik
pada aspek kognitif sesuai dengan kegiatan pembelajarannya.
|
Tabel
5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar IPA untuk Aspek Kognitif
|
|
|
|
|
No.
|
Katagori
|
Deskripsi
|
|
|
|
1
|
Mengingat
|
Kemampuan menyebutkan kembali informasi /
|
|
|
pengetahuan yang
tersimpan dalam ingatan.
Contoh:
|
|
|
menyebutkan
pengertian suhu dan kalor
|
2
|
Memahami
|
Kemampuan memahami instruksi
dan menegaskan
|
|
|
pengertian/makna
ide atau konsep yang telah diajarkan baik
|
|
|
dalam
bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram
|
|
|
Contoh
: Merangkum materi pembiasan cahaya
|
3
|
Menerapkan
|
Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep
|
|
|
dalam
situasi tetentu. Contoh: membuat kamera lubang jarum
|
|
|
|
4
|
Menganalisis
|
Kemampuan memisahkan konsep
kedalam beberapa
|
|
|
komponen
dan mnghubungkan
|
|
|
satu
sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep
|
|
|
tersebut
secara utuh.
|
|
|
Contoh:
Menganalisis penyebab terjadinya pemanasan global.
|
5
|
Mengevaluasi
|
Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,
|
|
|
kriteria
atau patokan tertentu
|
|
|
Contoh:
Membandingkan kualitas bahan berdasarkan daya
|
|
|
hantar
listriknya.
|
6
|
Mencipta
|
Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk
|
|
|
baru
yang utuh dan koheren,
|
|
|
atau
membuat sesuatu yang orisinil.
|
|
|
Contoh:
Membuat poster hemat energi dengan bentuk yang
|
|
|
berbeda
dari yang sudah ada
|
Berikut ini adalah daftar
pilihan kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam mengembangkan
indikator dalam ranah pengetahuan (knowledge).
Tabel 6.
Kata Kerja Operasional untuk Aspek pengetahuan
Mengetahui
|
Memahami
|
Mengaplikasikan
|
Menganalisis
|
Mengevaluasi
|
Mencipta
|
Mengutip
|
Memperkirakan
|
Menugaskan
|
Menganalisis
|
Membandingkan
|
Mengabstraksi
|
Menyebutkan
|
Menjelaskan
|
Mengurutkan
|
Mengaudit
|
Menyimpulkan
|
Mengatur
|
Menjelaskan
|
Mengkategorikan
|
Menentukan
|
Memecahkan
|
Menilai
|
Menganimasi
|
Menggambar
|
Mengasosiasikan
|
Menerapkan
|
Mendiagnosis
|
Mengarahkan
|
Mengumpulkan
|
Menunjukkan
|
Membandingkan
|
Mengklasifikasi
|
Menyeleksi
|
Mengkritik
|
Mengkombinasikan
|
Memberi label
|
Menghitung
|
Menghitung
|
Memerinci
|
Menimbang
|
Menyusun
|
Memberi
|
Mengkontraskan
|
Membangun
|
Mendiagramkan
|
Memutuskan
|
Mengarang
|
indeks
|
Mempertahankan
|
Mengurutkan
|
Mengkorelasikan
|
Menugaskan
|
Membangun
|
Memasangkan
|
Menguraikan
|
Membiasakan
|
Merasionalkan
|
Menafsirkan
|
Menghubungkan
|
Menamai
|
.....
|
.....
|
....
|
.....
|
......
|
.....
|
|
|
|
|
|
Sumber: Ratnawulan, (2014)
c.
Aspek Keterampilan pada Mata Pelajaran IPA
Sasaran Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi keterampilan mencakup keterampilan
abstrak dan keterampilan konkrit. Keterampilan abstrak merupakan kemampuan
belajar yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun keterampilan konkrit
merupakan kemampuan belajar yang meliputi meniru, melakukan, menguraikan,
merangkai, memodifikasi, dan mencipta.
Kompetensi keterampilan
terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Sasaran penilaian
hasil belajar IPA oleh pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan
belajar seperti pada tabel 8.
Tabel 7.
Deskripsi Penilaian Hasil Belajar Domain Keterampilan Abstrak
Kemampuan Belajar
|
Deskripsi
|
Contoh Keterampilan dalam
|
|
|
Pembelajaran IPA
|
Mengamati
|
Perhatian pada waktu mengamati
|
Melakukan pengukuran dengan
|
|
suatu
objek/membaca suatu
|
menggunakan
jangka sorong dan
|
|
tulisan/mendengar
suatu
|
mikrometer
sekrup, perhatikan posisi
|
|
penjelasan,
catatan yang dibuat
|
pengamatan,
penyajian hasil
|
|
tentang
yang diamati, kesabaran,
|
pengukuran,
penggunaan angka
|
|
waktu (on task) yang digunakan
|
penting.
|
|
untuk
mengamati
|
|
Menanya
|
Jenis, kualitas, dan jumlah
|
Mengajukan pertanyaan dan
|
|
pertanyaan
yang diajukan peserta
|
argumentasi
kritis serta relevan
|
|
didik
(pertanyaan faktual,
|
dengan
topik pembahasan pada saat
|
|
konseptual,
prosedural, dan
|
diskusi
kelompok atau diskusi kelas
|
|
hipotetik)
|
|
Mengumpulkan
|
Jumlah dan kualitas sumber yang
|
Merencanakan pembuatan motor
|
informasi/mencoba
|
dikaji/digunakan,
kelengkapan
|
listrik
dengan menggali informasi
|
|
informasi,
validitas informasi yang
|
dari
pengrajin, buku, dan artikel di
|
|
dikumpulkan,
dan instrumen/alat
|
internet.
Selanjutnya merencanakan
|
|
yang
digunakan untuk
|
alat‐alat
serta prosedur pembuatan
|
|
mengumpulkan
data.
|
motor
listrik.
|
Menalar/mengasosia
|
Mengembangkan interpretasi,
|
Mengajukan argumentasi dan
|
si
|
argumentasi
dan kesimpulan
|
kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
|
|
mengenai
keterkaitan informasi
|
yang
akurat atas data yang diperoleh
|
|
dari dua
fakta/konsep, interpretasi
|
pada
pelaksanaan praktikum
|
|
argumentasi
dan kesimpulan
|
|
|
mengenai
keterkaitan lebih dari
|
|
|
dua
fakta/konsep/teori,
|
|
|
mensintesis
dan argumentasi serta
|
|
|
kesimpulan
keterkaitan antar
|
|
|
berbagai
jenis fakta/konsep/teori/
|
|
|
pendapat;
mengembangkan
|
|
|
interpretasi,
struktur baru,
|
|
|
argumentasi,
dan kesimpulan yang
|
|
|
menunjukkan
hubungan fakta/
|
|
|
konsep/teori
dari dua sumber atau
|
|
|
lebih
yang tidak bertentangan;
|
|
|
mengembangkan
interpretasi,
|
|
|
struktur
baru, argumentasi dan
|
|
|
kesimpulan
dari
|
|
|
konsep/teori/pendapat
yang
|
|
|
berbeda
dari berbagai jenis
|
|
|
sumber.
|
|
Mengomunikasikan
|
Menyajikan hasil kajian (dari
|
Menyajikan grafik hasil praktikum,
|
|
mengamati
sampai menalar) dalam
|
menyajikan
gambar hasil
|
|
bentuk
tulisan, grafis, media
|
pengamatan
batuan, menyajikan
|
|
elektronik,
multi media dan lain‐
|
bahan
tayang, dan menyusun
|
|
lain.
|
laporan
dengan tepat dan baik
|
|
Sumber: Olahan Dyer (dalam
|
Permendikbud nomor 104, 2007)
|
Sasaran Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret dengan contoh keterampilan
pada mata pelajaran IPA, seperti pada tabel 8.
Tabel 8.
Deskripsi Penilaian Hasil Belajar Domain Keterampilan Kongkret.
Keterampilan kongkret
|
|
Deskripsi
|
|
Contoh Keterampilan dalam
|
|
|
|
|
|
Pembelajaran IPA
|
|
Persepsi (perception)
|
|
Menunjukkan perhatian untuk
|
|
Mengamati guru saat mencontohkan
|
|
|
|
melakukan
suatu gerakan
|
|
membuat
motor listrik, kemudian
|
|
|
|
|
|
mencobanya.
|
|
Kesiapan (set)
|
|
Menunjukkn kesiapan mental dan
|
|
Menggunakan jas laboratorium
|
|
|
|
fisik
untuk melakukan suatu gerakan
|
|
dengan
baik sebelum praktikum dan
|
|
|
|
|
|
selalu
antusias mengikuti arahan
|
|
|
|
|
|
melakukan
kegiatan
|
|
Meniru (guided response)
|
|
Meniru gerakan secara terbimbing
|
|
Menggunakan volt meter dan ampere
|
|
|
|
|
|
meter
untuk mengamati sifat ohmik
|
|
|
|
|
|
suatu
penghantar sesuai bimbingan
|
|
|
|
|
|
guru
dengan baik
|
|
Membiasakan gerakan
|
|
Melakukan gerakan mekanistik
|
|
Terlatih menimbang dan membaca
|
|
(mechanism)
|
|
|
|
skala
saat mengukur volume zat cair
|
|
Mahir (complex or overt
|
|
Melakukan gerakan kompleks dan
|
|
Membuat desain pesawat sederhana
|
|
response)
|
|
termodifikasi
|
|
dari
katrol dan pengungkit.
|
|
Menjadi gerakan alami
|
|
Menjadi gerakan alami yang
|
|
Menggambar grafik hasil pengamatan
|
|
(adaptation)
|
|
diciptakan
sendiri atas dasar gerakan
|
|
dengan
menambahkan keterangan
|
|
|
|
yang
sudah dikuasai sebelumnya
|
|
pada
grafik
|
|
Menjadi tindakan orisinal
|
|
Menjadi gerakan baru yang orisinal
|
|
Menggambar bentuk batuan dengan
|
|
(origination)
|
|
dan
sukar ditiru oleh orang lain dan
|
|
presisi
gambar yang tepat
|
|
|
|
menjadi
ciri khasnya
|
|
|
|
Sumber: Olahan dari kategori Simpson (dalam
Permendikbud nomor 104, 2007)
Indikator sikap merupakan
perilaku (behavior) peserta didik yang diharapkan tampak setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama
proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan,
dan penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik,
misalnya merangkai, mengukur, dan membuat.
Tabel
9. Kata Kerja Operasional Aspek Keterampilan
|
||||
|
|
|
|
|
Menirukan
|
Memanipulasi
|
Pengalamiahan
|
Artikulasi
|
|
|
|
|
|
|
Mengaktifkan
|
Mengoreksi
|
Mengalihkan
|
Mengalihkan
|
|
Menyesuaikan
|
Mendemonstrasikan
|
Menggantikan
|
Mempertajam
|
|
Menggabungkan
|
Merancang
|
Memutar
|
Membentuk
|
|
Melamar
|
Memilah
|
Mengirim
|
Memadankan
|
|
Mengatur
|
Melatih
|
Memindahkan
|
Menggunakan
|
|
Mengumpulkan
|
Memperbaiki
|
Mendorong
|
Memulai
|
|
Menimbang
|
Menidentifikasi
|
Menarik
|
Menyetir
|
|
Memperkecil
|
Mengisi
|
Memproduksi
|
Menjeniskan
|
|
Membangun
|
Menempatkan
|
Mencampur
|
Menempel
|
|
Mengubah
|
Membuat
|
Mengoperasikan
|
Mensketsa
|
|
Membersihkan
|
Memanipulasi
|
Mengemas
|
Melonggarkan
|
|
Memposisikan
|
Merepasi
|
Membungkus
|
Menimbang
|
|
Mengonstruksi
|
Mencampur
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment