Friday, 15 November 2019

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN


Untuk memperoleh hasil penilaian yang optimal, maka kegiatan penilaian harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum. Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Bab IV Pasal 5, Prinsip Penilaian Hasil Belajar adalah sebagai berikut.

a.      Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

b.      Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c.      Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d.      Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e.      Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f.       Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

g.      Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h.      Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

i.        Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut.

a.      Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.

b.      Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.

c.      Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.

d.      Berbasis kinerja peserta didik.

e.      Memotivasi belajar peserta didik.

f.       Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.

g.      Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.


h.      Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

i.       Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

j.       Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.

k.      Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.

l.       Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.

m.    Terkait dengan dunia kerja.

n.      Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.

Dalam pelaksanaan penilaian hal yang penting dalam kegiatan penilaian adalah adanya triangulasi antara tujuan pembelajaran/indikator, kegiatan pembelajaran, dan penilaiannya itu sendiri, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Ketiga komponen saling terkait satu dengan lainnya. Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dilakukan kegiatan pembelajaran, dan untuk mengukur ketercapaian tujuan dilakukan penilaian/evaluasi.

Gambar 4. Triangulasi Pembelajaran

Aspek-Aspek Pada Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Pembelajaran saat ini menggunakan penilaian autentik, yaitu bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum, 2009). Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi
Dalam pelaksanaannya, penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Penilaian autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi pengetahuan atau keahlian peserta didik dalam konteks yang mendekati dunia riil atau kehidupan nyata. Oleh karena itu, penilaian autentik sering disejajarkan dengan performance assesment, alternative assessment, direct assessment, dan realistic assessment. Dengan kata lain penilaian autentik dinamakan penilaian berbasis kinerja, karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur kinerja aktual peserta didik, di mana peserta didik diminta untuk melakukan tugas-tugas yang bermakna dengan dunia nyata atau kontekstual.

Dalam penilaian autentik tersebut, lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Oleh karena itu, aspek yang dinilai pun meliputi aspek spiritual, aspek sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Tabel 2. berisikan gambaran umum dan rincian penilaian untuk masing-masing ranah.

Tabel 2. Gambaran umum Aspek dan Rincian Aspek Penilaian.


No
Aspek Penilaian
Rincian Aspek Penilaian







1.
Pengetahuan (Dimensi
Mengetahui



pengetahuan faktual, konseptual,




prosedural, dan metakognitif)
Memahami









Menerapkan









Menganalisis









Mengevaluasi









Mencipta







2.
Sikap spiritual dan sikap sosial
Menerima









Menanggapi








Menghargai







Menghayati






Mengamalkan




3
a. Keterampilan abstrak
Mengamati






Menanya






Mengumpulkan


Informasi/Mencoba,







Menalar/Mengasosiasi






Mengomunikasikan





b. Keterampilan konkrit
Meniru






Melakukan






Menguraikan






Merangkai






Memodifikasi






Mencipta.





a.      Aspek Sikap pada Mata Pelajaran IPA

Sikap adalah kecenderungan untuk merespons secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut (Arifin, 2014). Respons yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif, mungkin juga negatif. Kondisi tersebut bergantung pada penilaian terhadap objek yang dimaksud apakah objek yang penting atau tidak. Sikap juga sebagai ekspresi atas nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.

Sikap merupakan bagian dari ranah afektif yang mencakup aspek sikap itu sendiri, minat, konsep diri, dan moral. Ranah afektif merupakan bagian dari hasil belajar. Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar,
danhasil afektif. Andersen (dalam Direktorat Pembinaan SMP, 2010) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Majid, 2014).

1)   Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.
Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2)  Minat

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

3)  Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karier peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

4)  Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973: 7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

5)   Moral

Piaget  (1932)  dan  Kohlberg  (1958)  banyak  membahas  tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Mereka hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik terhadap kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial meliputi tingkatan sikap menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai sosial. Menurut Krathwohl (2002) bila ditelusuri hampir semua tujuan pengetahuan mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah bagian dari komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization.
a.  Tingkat receiving

Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.

b.            Tingkat responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya, senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

c.            Tingkat valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

d.            Tingkat organization

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
e.     Tingkat characterization

Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.

Contoh sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial pada mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut.


Tabel 3. Sasaran Penilaian Aspek Sikap.


Tingkatan Sikap
Deskripsi Sikap
Menerima nilai
Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan

perhatian terhadap nilai tersebut
Menanggapi
Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas
nilai
dalam membicarakan nilai tersebut
Menghargai
Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut;
nilai
dan komitmen terhadap nilai tersebut
Menghayati
Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem
nilai
nilai dirinya
Mengamalkan
Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam
nilai
berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter)


Dalam kaitannya dengan penilaian, pemilihan kata kerja operasional pada indikator pencapaian kompetensi yang tepat memegang peranan penting untuk mengukur pencapain kompetensi dasar oleh peserta didik dalam pembelajaran. Kata kerja operasional aspek sikap merupakan acuan bagi guru dalam mendeteksi perubahan perilaku sehingga guru dapat mengukurnya. Berikut ini kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam aspek sikap.
a)    Menerima : memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, meminati

b)    Menanggapi : menjawab, membantu, mengajukan, mengompromika, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, menolak

c)    Menilai : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengimani, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, menyumbang

d)    Mengelola : menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasikan, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasi, merembuk

e)    Menghayati : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan, memecahkan.

b.      Aspek Pengetahuan dalam Mata Pelajaran IPA

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi pengetahuan, meliputi tingkatan kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Tingkatan kognitif ini mengacu pada tingkatan Taksonomi Bloom versi revisi. Sebelumnya, kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam tingkatan, dengan penomoran C1 sampai C6, yang terdiri atas: (C1) knowledge (pengetahuan), (C2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (C3) application (penerapan), (C4) analysis (penguraian atau penjabaran), (C5) synthesis (pemaduan), dan (C6) evaluation (penilaian).
Pada Taksonomi Bloom revisi terdapat pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi yang lama dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah (Pengetahuan), pada taksonomi yang baru pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan sebab dimensi pengetahuan berbeda dari dimensi proses kognitif. Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan proses kognitif merupakan kata kerja. Setidaknya ada dua nilai positif dari taksonomi yang baru ini dalam kaitannya dengan asesmen. Pertama, karena pengetahuan dipisah dengan proses kognitif, guru dapat segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum diukur. Pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif merupakan dua macam pengetahuan yang dalam taksonomi yang lama kurang mendapat perhatian. Dengan dimunculkannya pengetahuan prosedural, guru IPA akan lebih terdorong mengembangkan soal untuk mengukur keterampilan proses peserta didik yang selama ini masih sering terabaikan.

Tabel 4. Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi Proses Kognitif
Pengetahuan Faktual
C.1. Mengingat (Remember)
a. Pengetahuan tentang terminologi
1.
Mengenali (recognizing)
b. Pengetahuan tentang bagian detail dan
2.
Mengingat (recalling)
unsur- unsur


Pengetahuan Konseptual
C.2. Memahami (Understand)
a. Pengetahuan tentang klasifikasidan kategori
1.
Menafsirkan (interpreting)
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
2.
Memberi contoh (exampliying)
c. Pengetahuan tentang teori, model dan
3.
Meringkas (summarizing)
struktur
4.
Menarik inferensi (inferring)

5.
Membandingkan (compairing)

6.
Menjelaskan (explaining)



Pengetahuan Prosedural
C.3. Mengaplikasikan (Apply)
a. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yg
1.
Menjalankan (executing)
berhubungan dengan suatu bidang tertentu
2.
Mengimplementasikan
dan pengetahuan algoritma
(implementing)
b. Pengetahuan tentang teknik dan metode


c. Pengetahuan tentang kriteria penggunaan


suatu prosedur


4. Pengetahuan Metakognitif
C.4. Menganalisis (Analyze)
a. Pengetahuan strategik
1.
Menguraikan (diffrentiating)
b. Pengetahuan tentang operasi kognitif
2.
Mengorganisir(organizing)
c. Pengetahuan tentang diri sendiri
3.
Menemukan makna tersirat

(attributing)



C.5. Evaluasi (Evaluate)

1.
Memeriksa (Checking)

2.
Mengritik (Critiquing)

C.6. Membuat (Create)

1.
Merumuskan (generating)

2.
Merencanakan (planning)

3.
Memproduksi (producing)


Setiap tingkatan kognitif dicirikan dengan karakteristik kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda. Berikut ini sasaran penilaian hasil belajar IPA oleh pendidik pada aspek kognitif sesuai dengan kegiatan pembelajarannya.


Tabel 5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar IPA untuk Aspek Kognitif



No.
Katagori
Deskripsi



1
Mengingat
Kemampuan menyebutkan kembali informasi /


pengetahuan  yang  tersimpan  dalam  ingatan.  Contoh:


menyebutkan pengertian suhu dan kalor
2
Memahami
Kemampuan   memahami   instruksi   dan   menegaskan


pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik


dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram


Contoh : Merangkum materi pembiasan cahaya
3
Menerapkan
Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep


dalam situasi tetentu. Contoh: membuat kamera lubang jarum



4
Menganalisis
Kemampuan   memisahkan   konsep   kedalam   beberapa


komponen dan mnghubungkan


satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep


tersebut secara utuh.


Contoh: Menganalisis penyebab terjadinya pemanasan global.
5
Mengevaluasi
Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,


kriteria atau patokan tertentu


Contoh: Membandingkan kualitas bahan berdasarkan daya


hantar listriknya.
6
Mencipta
Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk


baru yang utuh dan koheren,


atau membuat sesuatu yang orisinil.


Contoh: Membuat poster hemat energi dengan bentuk yang


berbeda dari yang sudah ada


Berikut ini adalah daftar pilihan kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam mengembangkan indikator dalam ranah pengetahuan (knowledge).

Tabel 6. Kata Kerja Operasional untuk Aspek pengetahuan

Mengetahui
Memahami
Mengaplikasikan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Mengutip
Memperkirakan
Menugaskan
Menganalisis
Membandingkan
Mengabstraksi
Menyebutkan
Menjelaskan
Mengurutkan
Mengaudit
Menyimpulkan
Mengatur
Menjelaskan
Mengkategorikan
Menentukan
Memecahkan
Menilai
Menganimasi
Menggambar
Mengasosiasikan
Menerapkan
Mendiagnosis
Mengarahkan
Mengumpulkan
Menunjukkan
Membandingkan
Mengklasifikasi
Menyeleksi
Mengkritik
Mengkombinasikan
Memberi label
Menghitung
Menghitung
Memerinci
Menimbang
Menyusun
Memberi
Mengkontraskan
Membangun
Mendiagramkan
Memutuskan
Mengarang
indeks
Mempertahankan
Mengurutkan
Mengkorelasikan
Menugaskan
Membangun
Memasangkan
Menguraikan
Membiasakan
Merasionalkan
Menafsirkan
Menghubungkan
Menamai
.....
.....
....
.....
......
.....







Sumber: Ratnawulan, (2014)



c.      Aspek Keterampilan pada Mata Pelajaran IPA

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi keterampilan mencakup keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. Keterampilan abstrak merupakan kemampuan belajar yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun keterampilan konkrit merupakan kemampuan belajar yang meliputi meniru, melakukan, menguraikan, merangkai, memodifikasi, dan mencipta.

Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Sasaran penilaian hasil belajar IPA oleh pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar seperti pada tabel 8.
Tabel 7. Deskripsi Penilaian Hasil Belajar Domain Keterampilan Abstrak

Kemampuan Belajar
Deskripsi
Contoh Keterampilan dalam


Pembelajaran IPA
Mengamati
Perhatian pada waktu mengamati
Melakukan pengukuran dengan

suatu objek/membaca suatu
menggunakan jangka sorong dan

tulisan/mendengar suatu
mikrometer sekrup, perhatikan posisi

penjelasan, catatan yang dibuat
pengamatan, penyajian hasil

tentang yang diamati, kesabaran,
pengukuran, penggunaan angka

waktu (on task) yang digunakan
penting.

untuk mengamati

Menanya
Jenis, kualitas, dan jumlah
Mengajukan pertanyaan dan

pertanyaan yang diajukan peserta
argumentasi kritis serta relevan

didik (pertanyaan faktual,
dengan topik pembahasan pada saat

konseptual, prosedural, dan
diskusi kelompok atau diskusi kelas

hipotetik)

Mengumpulkan
Jumlah dan kualitas sumber yang
Merencanakan pembuatan motor
informasi/mencoba
dikaji/digunakan, kelengkapan
listrik dengan menggali informasi

informasi, validitas informasi yang
dari pengrajin, buku, dan artikel di

dikumpulkan, dan instrumen/alat
internet. Selanjutnya merencanakan

yang digunakan untuk
alat‐alat serta prosedur pembuatan

mengumpulkan data.
motor listrik.
Menalar/mengasosia
Mengembangkan interpretasi,
Mengajukan argumentasi dan
si
argumentasi dan kesimpulan
kesimpulan berdasarkan hasil analisis

mengenai keterkaitan informasi
yang akurat atas data yang diperoleh

dari dua fakta/konsep, interpretasi
pada pelaksanaan praktikum

argumentasi dan kesimpulan


mengenai keterkaitan lebih dari


dua fakta/konsep/teori,


mensintesis dan argumentasi serta


kesimpulan keterkaitan antar


berbagai jenis fakta/konsep/teori/


pendapat; mengembangkan


interpretasi, struktur baru,


argumentasi, dan kesimpulan yang


menunjukkan hubungan fakta/


konsep/teori dari dua sumber atau


lebih yang tidak bertentangan;


mengembangkan interpretasi,


struktur baru, argumentasi dan


kesimpulan dari


konsep/teori/pendapat yang


berbeda dari berbagai jenis


sumber.

Mengomunikasikan
Menyajikan hasil kajian (dari
Menyajikan grafik hasil praktikum,

mengamati sampai menalar) dalam
menyajikan gambar hasil

bentuk tulisan, grafis, media
pengamatan batuan, menyajikan

elektronik, multi media dan lain‐
bahan tayang, dan menyusun

lain.
laporan dengan tepat dan baik

Sumber: Olahan Dyer (dalam
Permendikbud nomor 104, 2007)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret dengan contoh keterampilan pada mata pelajaran IPA, seperti pada tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi Penilaian Hasil Belajar Domain Keterampilan Kongkret.

Keterampilan kongkret

Deskripsi

Contoh Keterampilan dalam





Pembelajaran IPA

Persepsi (perception)

Menunjukkan perhatian untuk

Mengamati guru saat mencontohkan



melakukan suatu gerakan

membuat motor listrik, kemudian





mencobanya.

Kesiapan (set)

Menunjukkn kesiapan mental dan

Menggunakan jas laboratorium



fisik untuk melakukan suatu gerakan

dengan baik sebelum praktikum dan





selalu antusias mengikuti arahan





melakukan kegiatan

Meniru (guided response)

Meniru gerakan secara terbimbing

Menggunakan volt meter dan ampere





meter untuk mengamati sifat ohmik





suatu penghantar sesuai bimbingan





guru dengan baik

Membiasakan gerakan

Melakukan gerakan mekanistik

Terlatih menimbang dan membaca

(mechanism)



skala saat mengukur volume zat cair

Mahir (complex or overt

Melakukan gerakan kompleks dan

Membuat desain pesawat sederhana

response)

termodifikasi

dari katrol dan pengungkit.

Menjadi gerakan alami

Menjadi gerakan alami yang

Menggambar grafik hasil pengamatan

(adaptation)

diciptakan sendiri atas dasar gerakan

dengan menambahkan keterangan



yang sudah dikuasai sebelumnya

pada grafik

Menjadi tindakan orisinal

Menjadi gerakan baru yang orisinal

Menggambar bentuk batuan dengan

(origination)

dan sukar ditiru oleh orang lain dan

presisi gambar yang tepat



menjadi ciri khasnya




Sumber: Olahan dari kategori Simpson (dalam Permendikbud nomor 104, 2007)

Indikator sikap merupakan perilaku (behavior) peserta didik yang diharapkan tampak setelah peserta didik mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, dan penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, dan membuat.
Tabel 9. Kata Kerja Operasional Aspek Keterampilan





Menirukan
Memanipulasi
Pengalamiahan
Artikulasi






Mengaktifkan
Mengoreksi
Mengalihkan
Mengalihkan

Menyesuaikan
Mendemonstrasikan
Menggantikan
Mempertajam

Menggabungkan
Merancang
Memutar
Membentuk

Melamar
Memilah
Mengirim
Memadankan

Mengatur
Melatih
Memindahkan
Menggunakan

Mengumpulkan
Memperbaiki
Mendorong
Memulai

Menimbang
Menidentifikasi
Menarik
Menyetir

Memperkecil
Mengisi
Memproduksi
Menjeniskan

Membangun
Menempatkan
Mencampur
Menempel

Mengubah
Membuat
Mengoperasikan
Mensketsa

Membersihkan
Memanipulasi
Mengemas
Melonggarkan

Memposisikan
Merepasi
Membungkus
Menimbang

Mengonstruksi
Mencampur











No comments:

Post a Comment

GETARAN - IPA KELAS 8 SEMESTER GENAP

Apakah Bunyi itu? Bagaimana manusia dapat mendengar? Proses mendengar merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh adanya “Getaran” da...