Saturday, 16 November 2019

Pengembangan Instrumen Penilaian Ranah Pengetahuan


Penilaian pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga tinggi (Ditjen Dikdasmen, 2015). Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai KBM/KKM, mengidentifikasi kelemahan, kekuatan penguasaan pengetahuan (diagnostic), dan digunakan memberi umpan balik (feedback) kepada siswa dan guru untuk perbaikan mutu pembelajaran secara terus menerus.

Instrumen penilaian pengetahuan yang standar dapat dikembangkan guru dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
(1)       Menentukan tujuan tes,
(2)       Menentukan kompetensi yang akan diujikan,
(3)       Menentukan materi yang diujikan,
(4)       Menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik),
(5)       Menyusun kisi-kisinya,
(6)       Menulis butir soal, 
(7)       Memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif,  
(8)       Merakit soal menjadi perangkat tes,
(9)       Menyusun pedoman penskorannya
(10)    Uji coba butir soal,
(11)    Analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan
(12)    Perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

Berikut ini uraian langkah-langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian:

a.      Menentukan Tujuan Tes
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan tujuan penilaian, apakah untuk mengetahui capaian pembelajaran ataukah untuk memperbaiki proses pembelajaran, atau untuk kedua-duanya. Tujuan penilaian harian (PH) berbeda dengan tujuan penilaian tengah semester (PTS), dan tujuan penilaian akhir semester (PAS). Penilaian harian biasanya diselenggarakan untuk mengetahui capaian pembelajaran atau memperbaiki proses pembelajaran, sedangkan PTS dan PAS umumnya untuk mengetahui capaian pembelajaran.

b.      Menentukan Kompetensi yang Akan Diukur
Ketika merumuskan indikator soal dalam mengembangkan kisi-kisi butir soal, kita perlu menentukan kompetensi (perilaku) yang tepat sesuai dengan ranah dan tingkat kompetensinya. Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan. Jenis perilaku untuk ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah:

1)      Ingatan di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan;

2)      Pemahaman di antaranya seperti:membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan;

3)      Penerapan di antaranya seperti: menggunakan, menerapkan;

4)      Analisis di antaranya seperti: membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis;

5)      Sintesis antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun;
6)               Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan

Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah:

1)     Ingatan,

2)     Analisis,

3)     Perbandingan,

4)     Penyimpulan,

5)     Evaluasi.


1)     Keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan,
2)     Keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan,
3)     Keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat,
4)     Keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan;
5)     Keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan;
6)     Keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai;
7)     Keterampilan memadu (integrating skills), seperti: meringkas, menyusun kembali;
8)     Keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.

Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah:

1)    Kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu;
2)    Strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan;

3)    Informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral;

4)    Keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu;

5)    Sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu.

Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.
1)      Membandingkan

       Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...

       Bandingkan dua cara berikut tentang ....

2)      Hubungan sebab-akibat

       Apa penyebab utama ...

       Apa akibat …

3)      Memberi alasan (justifying)

       Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?

                  Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang

4)      Meringkas

       Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...

       Ringkaslah dengan tepat isi …

5)      Menyimpulkan

       Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....

       Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ...

6)      Berpendapat (inferring)

       Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila

       Apa reaksi A terhadap …

7)      Mengelompokkan

       Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....

       Apakah hal berikut memiliki ...

8)      Menciptakan

       Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....

       Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....

9)      Menerapkan

       Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....

       Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....

10)   Analisis

       Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....

       Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....

11)   Sintesis

            Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
            Tuliskan sebuah laporan ...
12)   Evaluasi

        Apakah kelebihan dan kelemahan ....

        Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...

c.      Penentuan dan Penyebaran Soal

Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh rencana penilaian akhir semester berikut ini.

Tabel 3. Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil





Kompetensi




Jumlah soal tes

Jumlah


No




Materi


tulis

soal




Dasar














PG

Uraian

Praktik













1

3.1 ............


...........

6

--
--













2

4.1 ............


...........

3

1
--













3

3.3 ............


...........

4

--
1













4

4.3 ............


...........

5

1
--













5

3.5 ............


...........

8

1
--













6

4.5 ............


...........

6

--
1













7

3.6 ...........


...........

--

2
--













8

4.6 ..........


...........

8

--
--


















Jumlah soal


40

5
2


d.      Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang memuat kriteria soal yang akan ditulis yang meliputi antara lain KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk memastikan butir-butir soal mewakili apa yang seharusnya diukur secara proporsional. Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dengan kecakapan berfikir tingkat rendah hingga tinggi akan terwakili secara memadai. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.







FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL






Jenis sekolah

: ………………………









Jumlah soal

: ………………………









Mata pelajaran

: ………………………









Bentuk soal/tes

: ................................









Kurikulum

: ………………………









Penyusun

: ......…………………









Alokasi waktu

: ………………………










Tabel 4. Kisi-kisi penulisan soal























No.

Kompetensi

Materi

Level
Indikator

Bentuk Soal

Jumlah




Dasar


Koginitif
soal


Soal






























1

2

3


4
5
6

7






















Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1.      Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.

2.      Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3.      Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

e.            Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah:

1.    Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

2.    Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3.    Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).

4.    Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).

f.             Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis

Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Beberapa kompetensi di mata pelajaran IPA lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula beberapa kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif.



Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain. Keunggulan soal bentuk pilihan ganda, di antaranya dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif. Adapun keuntungan soal uraian adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Salah satu kelemahan dalam pembuatan soal bentuk pilihan ganda adalah sulit dalam menyusun pengecohnya. Adapun salah satu kelemahan dalam penyusunan soal uraian adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif.
a.    Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).
b.    Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan atau stimulus jika diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.

1)     Materi

a.      Soal harus sesuai dengan indikator.

b.      Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.

c.      Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.

d.      Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2)     Konstruksi

a.      Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.

b.      Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c.      Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.

d.      Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

3)     Bahasa

a.      Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

b.      Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).

c.      Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

d.      Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e.          Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.




KARTU SOAL








Jenis Sekolah
: ……………………………….

Penyusun
: 1.



Mata Pelajaran
: ……………………………….




2.



Bahan Kls/Smt
: ……………………………….




3.



Bentuk Soal
: ……………………………….








Tahun Ajaran
: ……………………………….








Aspek yang diukur
: ……………………………….





















KOMPETENSI
BUKU SUMBER







DASAR














RUMUSAN BUTIR SOAL








































NO SOAL:










MATERI












KUNCI  :






































INDIKATOR SOAL






























KETERANGAN SOAL















NO
DIGUNAKAN
TANGGAL
JUMLAH
TK
DP
PROPORSI PEMILIH
KET.

UNTUK

SISWA






























A
B
C
D
E
OMT






























Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

1)      Materi

a.      Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b.      Pengecoh harus bertungsi.

c.      Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.

2)      Konstruksi

a.      Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan.

b.      Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c.      Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d.      Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

e.      Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f.       Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
g.      Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h.      Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i.        Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j.        Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k.      Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3)     Bahasa/budaya

a.      Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
(a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat;
(b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan  kata,  dan 
(c)  pemakaian  ejaan:  (1)  penulisan  huruf,  (2) penggunaan tanda baca.

b.      Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.
c.      Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.



No comments:

Post a Comment

GETARAN - IPA KELAS 8 SEMESTER GENAP

Apakah Bunyi itu? Bagaimana manusia dapat mendengar? Proses mendengar merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh adanya “Getaran” da...