Dalam bahasa Arab,
tangan kanan disebut dengan al-yamin (bentuk maskulin),
atau al-yumna (bentuk feminine). Dua kata ini masing-masing
disusun dari tiga huruf dasar, yaitu ya’, mim, dan nun. Dalam kamus bahasa
Arab, kata yang diderivasi dari tiga huruf ini memiliki isyarat makna
keberkahan, keberuntungan, kebahagiaan, kekuatan, kedudukan yang baik, dsb.
Negeri Yaman misalnya, diapresiasi oleh Nabi Muhammad saw. Sebagai negeri
sumber keimanan, hikmah, dan kelembutan (hati). Sementara Dajjal oleh karena
bermata satu, mata sebelah kanannya terhapus rata, dia menjadi sosok makhluk
yang buruk, keberkahan dan kebaikannya tercabut, dan yang tersisa hanyalah
kejahatannya. Istilah sumpah dalam bahasa Arab disebut juga al-yamin,
karena lazimnya saat bersumpah, kedua belah pihak saling berjabatan tangan
kanan.
Sementara tangan kiri
dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata al-yasar atau al-yusra,
yang makna aslnya adalah mudah atau gampang. Dalam hal ini ada isyarat bahwa
tangan kiri adalah tangan yang mudah atau gampang dalam melakukan berbagai
aktivitas yang justru sukar dan sulit dilakukan anggota tubuh yang lain. Ringan
tangan. Tangan kiri dalam bahasa Arab juga diungkapkan dengan kata asy-syimal,
yang memiliki isyarat makna asal dan nasib buruk.
Seluruh makhluk di
alam semesta ini secara sunnatullah adalah berjodohan dan berpasangan, tidak
ada yang mampu berposisi witir (sendiri, tunggal, dan ganjil) sebagaimana Allaj
swt. Ada laki-laki misalnya maka ada wanita. Ada jantan ada betina. Ada
spermatozoa ada ovum. Ada jasmani ada rohani. Ada naik ada turun. Ada panas ada
dingin. Ada positif ada negative. Ada tangan kanan maka ada tangan kiri. Hal
ini dimaksudkan agar masing-masing unsur bersinergi dengan lainnya, bekerja
sama, bahu membahu, dan saling menopang sehingga tercipta harmonita,
keselarasan, dan keserasian kehidupan.
Nabi-nabi dan Tangan
Kanan
Di antara nabi-nabi
yang berjumlah 124.000 dan rasul-rasul yang berjumlah 313 terdapat nama popular
yang dikenal sebagai Bapak para nabi (Abul Anbiya). Dia adalah Nabi Ibrahim as.
Pada usia belia, yaitu 16 tahun, ayah Nabi Ismail as. Dan Nabi Ishaq as. Ini
pernah menghentakkan dunia. Karena luapan energy tauhid (monoteisme) yang
menyala-nyala, dia menghancurkan dengan martil berhala-berhala yang menjadi
sesembahan Namrudz dan kaumnya. Dia lalu dihukum bakar hidup-hidup, dan
kemudian turunlah mukjizat, api yang membakarnya menjadi dingin dan keselamatan
baginya.
Hal yang terkait
dengan kajian kita adalah Nabi Ibrahim as. Menghancurkan berhala-berhala itu
dengan tangan kanan. Ibnu katsir dalam Qishashul Anbiya’ menyatakan bahwa
digunakannya tangan kanan olehnya karena energy tangan kanan lebih kuat, cepat,
dan dahsyat. Allah swt. Berfirman, “Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil
memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat).” (Q.S ash-Shaaffaat : 93)
Sebagaimana Nabi
Ibrahim as., Nabi Musa as. Terkait dengan tangan kanannya juga pernah
diabadikan oleh Allah swt. Dalam Al-Qur’an “ Apakah itu yang ditangan kananmu,
hai Musa?” Musa berkata “ ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku
pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya.” (Q.S. Thaha :17-18). Demikian Nabi Musa as. Pada saat itu memegang
tongkatnya dengan tangan kanan.
Tongkat Nabi Musa as.
Berikutnya memiliki fungsi mukjizat. Tongkat yang berada di tangan kanan itu
bisa berubah menjadi seekor ular raksasa yang dapat menelan ribuan ular
jadi-jadian milik para tukang sihir Fir’aun dalam sebuah pertandingan akbar.
“Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa
yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya
tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja
ia datang.” (Q.S. Thaha : 69)
Terkait dengan tangan
kanan, Nabi Muhammad saw. Juga pernah disinggung dalam Al-Qur’an. Allah swt.
Berfirman, “ Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu kitab
pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu;
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang
mengingkari (mu).” (Q.S. Al-Ankabuut :48)
Ayat ini mengandung
makna bahwa Rasulullah saw. Adalah sosok yang tidak pandai membaca dan menulis
(al-umm i). hal ini untuk membuktikan bahwa informasi yang diperoleh beliau
benar-benar bukan bersumber dari manusia, melainkan dari Allah swt. Sehingga
tidak ada alas an untuk mengingkari dan meragukan risalah beliau. Dari ayat ini
tersirat, seandainya beliau (diperkenankan)pandai menulis, maka beliau tentunya
akan menulis dengan menggunakan tangan kanan. Menulis idealnya memang memakai
tangan kanan.
Abu Isa Muhammad bin
Isa at-Tarmidzi dengan jalur transmisi dari sahabat Abu Hurairah ra. Mencatat
bahwa ada seorang Anshar terkesan dengan hadits yang disampaikan Rasulullah
saw., namun dia sukar mengahafalnya. Dia lalu mengadu, “Ya Rasulullah, aku
mendengar dan terkesan dengan hadits yang Engkau sampaikan, namun aku sukar
menghafalnya.” Beliau bersabda, “Gunakanlah tangan kananmu,” seraya menunjuk
aktivitas menulis dengan isyarat tangan beliau. (Sunan Tirmidzi jilid 4. Hal
145 no. 2804)
(Ahmad Syarifudin,
Misteri Tangan Kanan, hal 49-51, penerbit : Bina Ilmu Ananda/Bian, Surabaya)