Asal-usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia selama
ini. Selama ratusan tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup
yang ada di bumi beraneka ragam. Dalam keanekaragaman tersebut, para ilmuwan
menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan.
Sejak lama, para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana
kehidupan berasal / berawal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan
yang mengemukakan berbagai teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori
tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya
terjelaskan oleh teori-teori tersebut karena teori-teori tersebut sulit
dibuktikan.
Itulah tadi bahasan mengenai teori asal-usul kehidupan, semoga bermanfaat :)
Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua
teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan
teori evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah
munculnya teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemikiran
manusia mengenai asal-usul kehidupan.
Fenomena Evolusi
Seperti yang telah kita pelajari pada bab 8 mengenai asal usul
kehidupan, sel eukariotik berasal dari sel prokariotik. Sel eukariotik
berkembang terus-menerus membentuk organisme atau makhluk hidup yang lebih
kompleks. Bahkan makhluk hidup yang kompleks masih mengalami perubahan
terus-menerus sepanjang waktu. Hal ini dketahui dari penemuan berbagai fosil
makhluk hidup. Fosil merupakan sisa makhluk hidup yang telah membatu.
Contohnya, fosil-fosil kuda menunjukkan bahwa kuda mengalami tahapan-tahapan
perubahan dalam jangka waktu yang relatif lama dari kudaHyracotherium yang
memiliki ukuran tubuh sepertiukuran tubuh kucing peliharaan berkuku banyak,
menjadi kuda Equus yang berukuran tubuh seperti kuda sekarang.
Pengertian dan Kategori Evolusi
Evolusi merupakan cabang biologi yang mempelajari sejarah asal
usul makhluk hidup dan keterkaitan antara makhluk hidup satu dengan makhluk
hidup yang lain. Evolusi secara harfiah dapat diartikan sebagai perubahan
perlahan-lahan. Oleh karenanya, yang dimaksud evolusi biologi adalah perubahan
perlahan-lahan pada populasi makhluk hidup dari zaman kezaman yang telah,
sedang, dan akanberlangsung pada kehidupan dipermukaan bumi. Evolusi biologi
mencakup dua peristiwa yaitu : 1) evolusi anorganik, merupakan
evolusi mengenai asal-usul makhluk hidup yang ada di muka bumi ini berdasarkan
fakta dan penalaran teoritis; 2) evolusi organik, (evolusi
biologi) merupakan evolusi filogenetis, yaitu mengenai asl-usul spesies dan
hubungan kekerabatannya.
Didalam evolusi organik dikenal istilah mikroevolusi dan
makroevolusi. Mikroevolusi merupakan perubahan secara bertahap
pada frekuensi gen yang menimbulkan perubahan fenotip (penampakan fisik)
organisme. Makroevolusi merupakan perubahan secara bertahap
yang menyebabkan terbentuknya suatu kelompok taksonomi seperti spesies baru,
genus baru, famili baru, bahkan kingdom atau divisio baru.
Kategori evolusi lainnya adalah evolusi progresif, evolusi
regresif, evolusi divergen, dan evolusi konvergen. Evolusi
progresif, merupakan evolusi yang mengarah pada kemungkinan populasi
suatu dapat spesies bertahan. Evolusi regresif, merupakan
evolusi yang mengarah pada kemungkinan populasi suatu spesies menjadi
punah. Evolusi divergen, merupakan perubahan dari satu menjadi
banyak spesies baru. Evolusi konvergen, merupakan perubahan
pada organ yang berbeda pada spesies-spesies yang memiliki hubungan kekerabatan
jauh menuju kesamaan fungsi organ tersebut.
Adaptasi dan Seleksi Alam
Keadaan lingkungan selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan
lingkungan mendorong makhluk hidup yang tinggal di dalam lingkungan tersebut
melakukan adaptasi atau penyesuaian diri. Adaptasi dilakukan makhluk hidup
ddengan tujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Makhluk hidup yang mampu
beradaptasi akan dapat bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Bila gagal
beradaptasi maka akan punah. Makhluk hidup adaptif merupakan
makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya.
Adaptasi pada tumbuhan misalnya tumbuhan kaktus yang hdiup pada
kondisi panas terik di gurun mempunyai lapisan lilin yang tebal, daunnya
mengalami modifikasi menjadi duri atau daun-daun kecil untuk mengurangi
penguapan air. Batang tumbuhan kaktus mampu menyimpan air dan memiliki klorofil
untuk berfotosintesis. Akar tumbuhan kaktus tersebar meluas di bawah permukaan
tanah untuk mempermudah penyerapan air.
Adaptasi pada hewan misalnya belalang yang mampu menyerupai daun
dan belalang yang menyerupai kelopak bunga. Adaptasi morfologi pada belalang
bertujuan untuk mengelabui mangsa. Contoh lain adaptasi pada hewan adalah pada
warna tubuh ngengat Biston bitularia. Ada dua macam
ngengat Biston,yaitu yang bersayap gelap dan bersayap terang.
Sebelum revolusi industri di Inggris, ngengat bersayap terang populasinya lebih
banyak dibandingkan ngengat bersayap gelap. Hal ini terjadi karena ngengat
hinggap di pohon yang ditutupi Lichenes yang berwarna terang
akan melindungi ngengat bersayap terang. Akibatnya, ngengat bersayap terang
akan lebih sukar terlihat oleh pemangsanya. Saat revolusi industri di Inggris
terjadi, jelaga cerobong asap mematikanLichenes di pohon. Akibatnya
kulit pohon menjadi berwarna gelap, sehingga lebih mudah melindungi ngengat
bersayap gelap dibandingkan ngengat bersayap terang. Hal ini menyebabkan
ngengat bersayap terang lebih mudah terlihat dan dimangsa oleh pemangsanya.
Pada kondisi ini ngengat bersayap gelap merupakan ngengat yang lebih adaptif
dibandingkan ngengat bersayap terang. Dengan demikian setelah revolusi industri
populasi ngengat bersayap gelap lebih besar dari pada ngengat bersayap terang.
Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa alam (dalam hal ini
kondisi lingkungan) menyeleksi makhluk hidup di dalamnya. Seleksi alam
memperlihatkan bahwa hanya makhluk hidup yang adaptif dengan lingkungannya yang
dapat bethan hidup.
Seleksi alam akanmenguntungkan bagi spesies makhluk hidup yang
mempunyai banyak variasi (genetik), dan pada tiap generasi faktor-faktor
lingkungan akan menyeleksi variasi tertentu (lebih condong pada variasi
tertentu). Misalnya seperti kasus ngengat.
1.
Teori Abiogenesis
Menurut teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda
tidak hidup atau dengan kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh
karena makhluk itu ada dengan sendirinya maka teori ini dikenal juga
dengan teori Generatio Spontanea. Generatio spontanea
berarti penciptaan yang terjadi secara spontan. Artinya bahwa kehidupan berasal
dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Aristoteles merupakan
salah satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh Aristoteles pada tahun
384–322 SM. Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup
yang terjadi secara spontan. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan
pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara tiba-tiba pada daging yang
busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal dari daging
yang busuk.
Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham,
seorang ilmuwan dari Inggris. Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan
percobaan dengan mengisi beberapa labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian
dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih. Selanjutnya labu tersebut ditutup dan
disimpan pada suhu kamar. Setelah beberapa hari, ternyata semua labu menjadi
keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu sudah berisi mikrobia. Berdasarkan
hasil percobaannya, Needham menyimpulkan bahwa mikrobia yang menyebabkan
kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang disiapkan. Berdasarkan
percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda mati.
Jadi, menurut paham generation spontanea, semua kehidupan
berasal dari benda tak hidup secara spontan, seperti:
a.
Ikan dan katak berasal dari lumpur
b.
Cacing berasal dari tanah
c.
Belatung terbentuk dari daging yang membusuk
d.
Tikus berasal dari sekam dan kain kotor.
Akhir tahun 1600, banyak orang percaya mengenai teori generatio
spontanea pada hewan. Bahkan seorang doktor saat itu, Jan Baptist Van Helmont,
membuat resep untuk membuat tikus, yaitu dengan melempar biji-bijian dan kain
lusuh ke sudut ruangan. (Sumber: Heath Biology, 1985)
Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat
adanya mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini
seolah-olah menguatkan teori Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis
menyatakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan
tetapi, Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari udara. Para penganut abiogenesis tersebut di
atas dalam menarik
kesimpulan sebenarnya terdapat kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Tidak semua orang puas dengan teori yang dikemukakan
oleh para penganut paham abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-usul makhluk hidup melalui berbagai percobaan. Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain: Francesco Redi (Italia, 1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur (Perancis, 1822 - 1895)
kesimpulan sebenarnya terdapat kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Tidak semua orang puas dengan teori yang dikemukakan
oleh para penganut paham abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-usul makhluk hidup melalui berbagai percobaan. Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain: Francesco Redi (Italia, 1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur (Perancis, 1822 - 1895)
2.
Teori Biogenesis
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup. Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro
Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang
melakukan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.
a.
Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang
dibagi menjadi 2 bagian. Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular,
ikan, roti dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat
tabung yang lain diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung
ditutup rapat. Setelah beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva
yang akan menjadi lalat. Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan
bahwa ulat bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang
terdapat dalam daging dan menetas menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh
penganut teori Abiogenesis karena pada tabung yang tertutup rapat, udara dan
zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu
kehidupan. Bantahan itu mendapat tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan
yang sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk dan
ternyata dalam daging tidak terdapat larva.
b.
Percobaan Lazzaro Spallanzani
Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk
menyanggah kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani
melakukan percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme
yang ada di dalam kaldu terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi
menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup.
Ternyata pada tabung yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung
yang tertutup tidak terdapat organisme.
Percobaan Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
Redi, tetapi bahan yang digunakan adalah air kaldu.
1.
Labu 1 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15ยบ C dan
dibiarkan terbuka.
2.
Labu 2 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan
sumbat gabus, lalu dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut labu
dapat diolesi lilin agar lebih rapat.
Kedua labu itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan.
Setelah beberapa hari kemudian, hasil percobaan menunjukkan bahwa:
1.
Labu 1 : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau
tidak enak, serta banyak mengandung mikroba.
2.
Labu 2 : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan
tanpa mikroba. Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak
mikroba.
Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu
1 dan labu 2 terdapat mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya
kehidupan hanya mungkin jika telah ada kehidupan sebelumnya. Jadi,
mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara. Pendukung abiogenesis
menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Spallanzani, sebab udara
diperlukan untuk berlakunya generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis
beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber kontaminasi.
c.
Percobaan Louis Pasteur
Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori
Abiogenesis hingga tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 -
1895) seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan percobaan
penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani. Louis Pasteur
melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus
hingga mendidih, kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya leher angsa memungkinkan
udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat
masuk karena adanya uap air pada pipa leher. Namun, apabila tabung dimiringkan
hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkontaminasi
oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air kaldu akan
keruh karena terdapat mikroorganisme. Kesimpulan percobaan Pasteur adalah
mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal dari cairan (benda tak
hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di udara. Mikroorganisme
yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-sama dengan debu.
Dalam buku versi lain percobaan Louis Pasteur adalah sebagai
berikut:
Percobaan Louis Pasteur hasilnya,
a.
air kaldu yang terdapat di dalam labu yang tidak berbentuk leher
angsa, mengandung mikroorganisme.
b.
Adapun labu yang berbentuk leher angsa dan berhubungan dengan
udara luar, tidak terdapat mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah
teori baru yaitu teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
a.
Setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum
ex ovo
b.
Setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum
ex vivo
c.
Setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya
= omne vivum ex vivo
Perhatikan ikhtisar percobaan yang dilakukan oleh Nedham, L.
Spallanzani, dan L. Pasteur dalam Tabel berikut.
3.
Teori Cosmozoic / Kosmozoan
Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula
makhluk hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar
angkasa. Keadaan planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang
sangat dingin serta adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan
kehidupan dapat bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi.
Teori ini tidak dapat diterima oleh banyak ilmuwan.
4.
Teori Penciptaan (Special Creation)
Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan
seperti apa adanya. Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya
organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis
makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu
eksperimen.
5.
Teori Evolusi Biokimia
Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup
dari sisi biokimia. Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of
Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan
evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli
evolusi molekular berkebangsaan Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa
pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap
air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam,
berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan
menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di
cekungan perairan membentuk primordial soup, seperti semacam campuran
materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk
monomer. Monomer bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa
protobion. Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu
bereproduksi, tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di
samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan
makhluk hidup, seperti dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima
rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah
dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam
asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia
Amerika Serikat, bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba
terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas
hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis),
campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey.
Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey.
Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah
tabung tertutup yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa
gas yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini
diberi percikan listrik yang menggambarkan halilintar. Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air dan
berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa molekul
kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-tetesan
air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk
dianalisis.
a.
Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat
anorganik. Menurut Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas
karbondioksida, metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi
membentuk zat organik karena energi petir.
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
Tahap 1 : Molekul
metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi.
Tahap 2 : Energi yang
diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan
zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
Tahap 3 : Terbentuk
zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan
kimia pada virus.
Tahap 4 : Zat hidup
yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme (makhluk
hidup) yang lebih kompleks.
b.
Teori kimia menurut Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat
yang digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air,
metana, amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan.
Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik halilintar ke
dalam perangkat alat tersebut dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi
sekitar 75.000 volt. Hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi
pada waktu terjadi pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi
listrik, terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang
terbentuk didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis.
Ternyata, di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula
sederhana seperti ribosa dan adenin. Dengan demikian, Miller dapat membuktikan
bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara spontan.
Miller menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di
atmosfir bumi purba, yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap air dalam
percobaannya. Oleh karena dalam kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin
bereaksi, Miller memberi stimulus energi listrik tegangan tinggi, sebagai
pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis). Miller mendidihkan
campuran gas tersebut pada suhu 100 derajat C selama seminggu. Pada akhir
percobaan, Miller menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar
gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.
Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.
6.
Evolusi Biologi
Teori biologi merupakan teori evolusi kimia, yang berpendapat
bahwa bumi ini pada awalnya sangat panas sekali, kemudian suatu ketika bumi
mengalami proses pendinginan. Dari proses-proses tersebut maka dapat dihasilkan
bahan-bahan kimia. Bahan-bahan yang berat akan menyusun bumi sedangkan bahan
yang ringan akan menyusun atmosfer.nnya ini asam amino tersebut belum
menunjukkan gejala hidup.
A.I Oparin
Oparin adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Rusia. Oparin juga
memiliki gagasan yang sama seperti Urey, tetapi Oparin tidak dapat membuktikan
bahwa reaksi gas CH4, NH3, H2 dan H2O membentuk asam amino. Ia berpendapat
bahwa asam amino terbentuk secara alami. Menurut Oparin, lautan bumi pada
awalnya memiliki persediaan cukup bahan-bahan organik. Dalam waktu yang lama
maka bahan-bahan organik tersebut akan berikatan satu dengan lainnya membentuk
selaput-selaput, kemudian molekul organik berselaput ini akan mengikat molekul
lainnya dan menyatukan diri sehingga terbentuk gabungan molekul baru yang
karakteristik. Ikatan kompleks inilah yang diperkirakan merupakan awal dari
kehidupan.
Alexander Oparin (1894-1980) adalah seorang ahli biokimia
berkebangsaan Rusia. Tahun 1917 Oparin menyelesaikan studinya di Universitas
Moscow dan menjadi profesor biokimia pada tahun 1927. Oparin merupakan salah
satu ahli yang mengungkapkan asal usul kehidupan dari sudut pandang fisika dan
kimia. Oparin dan Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik
(asam amino) yang merupakan bahan dasar penyusun makhluk hidup, pada mulanya
terakumulasi di lautan.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino
yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal
ini dibuktikan pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung
monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas
sehingga mengalami polimerisasi. Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid.
Apabila proteinoid dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid
yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa
sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat
dikatakan hidup.
Kumpulan proteinoid - Proteinoid merupakan polipeptida yang
secara spontan berpolimerisasi dari penguapan kumpulan asam amino. Proteinoid
dibentuk oleh aktivitas vulkanik yang tinggi. Oparin menggunakan istilah
koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan koloid yang terbentuk
saat larutan protein, asam nukleat, dan polisakarida dikocok. Substansi dalam
koaservat dapat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan dari
lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan molekul-molekul lipid
dan protein yang membatasi koaservat dengan lingkungan luar sekitarnya, telah
dianggap sebagai selaput sel primitif. Selaput sel primitif ini menyebabkan stabilitas
koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel primitif ini diperkirakan berperan
dalam pengaturan pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan
sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin merupakan tipe sel
primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang
merupakan permulaan dari organisme uniselular. Oleh karena keadaan atmosfer
saat itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat
prokariotik, anaerob, dan heterotrof. Bagaimana protosel dapat berkembang
menjadi organisme uniselular, bahkan menjadi makhluk hidup multiselular seperti
saat ini?
Perkembangan protosel menjadi organisme uniselular maupun
multiselular tidak terlepas dari sistem genetik pada protosel itu sendiri. Sehubungan
dengan hal itu, seorang ahli biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada
tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran
tahun yang lalu sebuah molekul RNA yang dapat mereplikasi terbentuk secara
kebetulan. Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi
protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi
tersebut, maka dengan suatu cara tertentu terbentuklah DNA. Perhatikan gambar
sistem genetik yang pertama agar Anda lebih jelas.
Sistem genetik yang pertama
a.
Gen pertama terbentuk dari polimerisasi secara spontan beberapa
nukleotida.
b.
RNA sederhana mengalami replikasi, tanpa keberadaan protein
katalitik atau enzim.
c.
RNA yang terdiri atas intron dan ekson mensintesis polipeptida
(protein) dengan cara melepaskan intron-intron.
d.
Enzim reverse transkriptase merupakan enzim pertama dalam sistem
ini yang memungkinkan terbentuknya DNA.
e.
Sel awal yang terdiri atas DNA, masih merupakan hubungan antara
intron dan ekson.
Catatan:
Catatan:
1.
Intron dan ekson biasanya merupakan kelipatan kode triplet.
2.
Intron adalah penyusun RNA yang tidak dapat diekspresikan,
sedangkan ekson merupakan penyusun RNA yang dapat diekspresikan.
Segera setelah protosel memperoleh gen yang mampu mereplikasi
menyebabkan protosel mampu bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi biologi.
Sejarah kehidupan pun telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme mengalami
proses evolusi menurut jalur kehidupan yang berbeda-beda.
Teori Asal-Usul
Kehidupan Lain
1.
Teori Kreasi Khas
Teori Kreasi Khas menyatakan bahwa asal usul kehidupan
diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini
dikenal dengan nama Teori Kreasi Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus
Linnaeus adalah salah satu pengikut teori ini.
2.
Teori Kataklisma
Teori kataklisma menyatakan bahwa asal semua spesies diciptakan
sendiri-sendiri dan berlangsung dalam periodeperiode, di antara periode yang
satu dengan yang lain terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan
memunculkan spesies baru. Pandangan ini dipelopori oleh cuvier.
Itulah tadi bahasan mengenai teori asal-usul kehidupan, semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment