1.
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL/ Problem
Based Learning dan Problem Based Introduction /PBI)
Kehidupan adalah
identic dengan menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu model pembelajaran
ini bertujuan untuk melatih dan mengambangkan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan
actual siswa, serta untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun
kondisi pembelajaran harus tetap dipelihara dan dipertahankan dalam suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, nyaman dan menyenangkan siswa.
Indikator model
pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur (proposisi yang tidak
terbuktikan atau tidak memerlukan bukti atau juga teorema yang dianggap sudah
pasti benarnya), sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
Problem Based
Learning (pembelajaran berbasis
masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan , masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetauan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi
masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan,
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
PBL merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui
tahp-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan msalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning
merupakan titik awal pembelajaran yang membelajarkan siswa untuk berhadapan
dengan masalah dalam kehidupan nyata dan melalui masalah ini siswa dirangsang
untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah ini berdasarkan pengetahuan yang
lama dan untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman baru.
Problem Based
Learning (Pembelajaran berbasis
masalah) tidak mungkin mencapai tujuan pembelajaran apabila guru tidak mampu
mengambangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka.
Dalam pelasksanaannya
secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian masalah
autentik kepada siswa, menciptakan situasi yang bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Para pengembang
pembelajaran berbasis masalah (Ibrahim dan Nur, 2004) telah mendeskripsikan
karakteristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
a.
Pengajuan pertanyaan
atau masalah
Pembelajaran berbasis
masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, dimana permasalahan
yang dimunculkan mengandung arti secara social penting dan secara pribadi
bermakna bagi kehidupan siswa. Dengan mengajukan masalah situasi dari kehidupan
nyata yang autentik dapat menghindari jawaban sederhana, sehingga memungkinkan
munculnya berbagai macam solusi dari ide-ide kreatif siswa untuk situasi ini.
b.
Berfokus pada
keterkaitan antar disiplin
Meskipun PBL mungkin
berpusat pada satu mata pelajaran tertentu. Akan tetapi terkait dengan masalah
yang dijadikan topic pembicaraan adalah benar-benar nyata dan harus ditemukan
pemecahannya, maka siswa akan dipaksa untuk meninjau masalah itu dari banyak
pengetahuan dan berbagai mata pelajaran yang telah dikuasai.
c.
Penyelidikan Autentik
Model pembelajaran
berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuaut ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d.
Menghasilkan produk/
karya dan memamerkannya.
PBL menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nnyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun
program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada
teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan
suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e.
Kerjasama
Model pembelajaran
berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling
sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan social dan keterampilan berpikir.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistic yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
2. Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas,
jadwal, dll)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF (CL/COOPERATIVE LEARNING)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan
bersama-sama sesame peserta didik dengan tujuan membentuk tanggung jawab
bersama. Dengan belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab,. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-berkomunikasi-sosialisasi sangat mutlak dilakukan dalam
pembelajaran ini, karena pembelajaran kooperatif merupakan miniature dari hidup
bermasyarakat. Dengan belajar kooperatif, setiap siswa harus mampu menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep
dan menyelesaikan persoalan pembelajaran yang dikembangkan secara inkuiri.
Pembentukan kelompok sebaiknya bersifat kohesif (kompak-partisipatif), dengan
jumlah anggota tiap kelompok sekitar 4-5 orang, bersifat heterogen (kemampuan,
gender, karakter). Hasil kerja kelompok harus ada control dan difasilitasi,
dengan meminta tanggung jawab hasil kerja kelompok berupa laporan atau
presentasi.
Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang umum digunakan
antara lain :
A.
TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT)
Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa
berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk
kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak
serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
berseikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian humor. Setelah selesai
kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktu
memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka
mengisi waktu sesudah UAS, menjelang pembagian raport. Sintak TGT adalah
sebagai berikut :
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi
pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap
meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan
level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-x ditempati
oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada
meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil
kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka
waktu tertentu (missal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal
dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap
individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai
dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good,
medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen
ketiga-keempat dst), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen
sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen
yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan
gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual,
FASE TGT
1. Fase 1 : Guru presentasi kelas, menyampaikan
tujuan pembelajaran
2. Fase 2 : Guru membagi kelompok
3. Fase 3 : Kerja kelompok mengerjakan LKS
4. Fase 4 : Scafolding. Guru
mengadakan bimbingan kelompok
5. Fase 5 : Quizzes tournament. Pelaksanaan
kuis
6. Fase 6 : Validation. Guru
memvalidasi kunci jawaban
7. Fase 7 : Team recognition (Penghargaan tim)
8. Fase 8 : Evaluasi oleh guru
B.
Student Teams
Achievement Division (STAD)
STAD adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok
heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kooperatif,
sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan
buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan
individual dan berikan reward.
Langkah-langkah :
1.
Fase 1 :
Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
Fase 2 :
Guru membentuk kelompok
3.
Fase 3 :
Bekerja dalam kelompok
4.
Fase
4 : Scafolding. Guru melakukan bimbingan kepada
kelompok atau kelas
5.
Fase
5 : Validition. Guru mengadakan validasi hasil kerja
kelompok
6.
Fase
6 : Quizzes. Guru mengadakan kuis secara individual
7.
Fase 7 :
Penghargaan kelompok
8.
Fase 8 :
Evaluasi oleh guru
C.
JIGSAW (MODEL TIM
AHLI) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran kooperatif dengan
sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok
heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai
dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas
bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai
bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke
kelompok asal, pelaksanaan turorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Fase JIGSAW :
Fase
1 : Presentation
oleh guru, menyampaikan tujuan pembelajaran
Fase
2 : Pembagian
kelompok
Fase
3 : Pembagian expert,
masing-masing kelompok mengirimkan wakilnya di tiap expert
Fase
4 : Team
report. Presentasi oleh tim expert (di kelompok)
menggunakan LKS
Fase
5 : Validation oleh
guru
Fase
6 : Quizzes
Fase
7 : Team
Recognition (penghargaan tim)
Fase
8 : Evaluasi oleh
guru
Langkah-langkah :
1.
Siswa dikelompokkan ke
dalam 4 anggota tim
2.
Tiap orang dalam tim
diberi bagian materi yang berbeda
3.
Tiap orang dalam tim
diberi bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.
Setelah selesai
diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.
Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi
7.
Guru memberi evaluasi
8.
Penutup
No comments:
Post a Comment