Tuesday, 29 October 2019

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


1.    PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL/ Problem Based Learning dan Problem Based Introduction /PBI)
Kehidupan adalah identic dengan menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih dan mengambangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan actual siswa, serta untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun kondisi pembelajaran harus tetap dipelihara dan dipertahankan dalam suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, nyaman dan menyenangkan siswa.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur (proposisi yang tidak terbuktikan atau tidak memerlukan bukti atau juga teorema yang dianggap sudah pasti benarnya), sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan , masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetauan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahp-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan msalah tersebudan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning merupakan titik awal pembelajaran yang membelajarkan siswa untuk berhadapan dengan masalah dalam kehidupan nyata dan melalui masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah ini berdasarkan pengetahuan yang lama dan untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman baru.

Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah) tidak mungkin mencapai tujuan pembelajaran apabila guru tidak mampu mengambangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.

Dalam pelasksanaannya secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian masalah autentik kepada siswa, menciptakan situasi yang bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahim dan Nur, 2004) telah mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
a.    Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, dimana permasalahan yang dimunculkan mengandung arti secara social penting dan secara pribadi bermakna bagi kehidupan siswa. Dengan mengajukan masalah situasi dari kehidupan nyata yang autentik dapat menghindari jawaban sederhana, sehingga memungkinkan munculnya berbagai macam solusi dari ide-ide kreatif siswa untuk situasi ini.

b.    Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun PBL mungkin berpusat pada satu mata pelajaran tertentu. Akan tetapi terkait dengan masalah yang dijadikan topic pembicaraan adalah benar-benar nyata dan harus ditemukan pemecahannya, maka siswa akan dipaksa untuk meninjau masalah itu dari banyak pengetahuan dan berbagai mata pelajaran yang telah dikuasai.

c.    Penyelidikan Autentik
Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuaut ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d.    Menghasilkan produk/ karya dan memamerkannya.
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nnyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

e.    Kerjasama
Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.

Langkah-langkah :
1.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.      Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal, dll)
3.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

2.    PEMBELAJARAN KOOPERATIF (CL/COOPERATIVE LEARNING)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan bersama-sama sesame peserta didik dengan tujuan membentuk tanggung jawab bersama. Dengan belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab,. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-berkomunikasi-sosialisasi sangat mutlak dilakukan dalam pembelajaran ini, karena pembelajaran kooperatif merupakan miniature dari hidup bermasyarakat. Dengan belajar kooperatif, setiap siswa harus mampu menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep dan menyelesaikan persoalan pembelajaran yang dikembangkan secara inkuiri. Pembentukan kelompok sebaiknya bersifat kohesif (kompak-partisipatif), dengan jumlah anggota tiap kelompok sekitar 4-5 orang, bersifat heterogen (kemampuan, gender, karakter). Hasil kerja kelompok harus ada control dan difasilitasi, dengan meminta tanggung jawab hasil kerja kelompok berupa laporan atau presentasi.

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang umum digunakan antara lain :
A.      TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru berseikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian humor. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktu memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS, menjelang pembagian raport. Sintak TGT adalah sebagai berikut :
a.      Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b.      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-x ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c.      Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (missal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, medium.
d.      Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e.      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual,

FASE TGT
1.      Fase 1   : Guru presentasi kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran
2.      Fase 2   : Guru membagi kelompok
3.      Fase 3   : Kerja kelompok mengerjakan LKS
4.      Fase 4   : Scafolding. Guru mengadakan bimbingan kelompok
5.      Fase 5   : Quizzes tournament. Pelaksanaan kuis
6.      Fase 6   : Validation. Guru memvalidasi kunci jawaban
7.      Fase 7   : Team recognition (Penghargaan tim)
8.      Fase 8   : Evaluasi oleh guru

B.     Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kooperatif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

Langkah-langkah :
1.        Fase 1  : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran
2.        Fase 2  : Guru membentuk kelompok
3.        Fase 3  : Bekerja dalam kelompok
4.        Fase 4  : Scafolding. Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas
5.        Fase 5  : Validition. Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok
6.        Fase 6  : Quizzes. Guru mengadakan kuis secara individual
7.        Fase 7  : Penghargaan kelompok
8.        Fase 8  : Evaluasi oleh guru

C.  JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan turorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Fase JIGSAW :
Fase 1          : Presentation oleh guru, menyampaikan tujuan pembelajaran
Fase 2          : Pembagian kelompok
Fase 3          : Pembagian expert, masing-masing kelompok mengirimkan wakilnya di tiap expert
Fase 4          : Team report. Presentasi oleh tim expert (di kelompok) menggunakan LKS
Fase 5          : Validation oleh guru
Fase 6          : Quizzes
Fase 7          : Team Recognition (penghargaan tim)
Fase 8          : Evaluasi oleh guru

Langkah-langkah :
1.        Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2.        Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.        Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.        Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.        Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.        Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.        Guru memberi evaluasi
8.        Penutup  




No comments:

Post a Comment

GETARAN - IPA KELAS 8 SEMESTER GENAP

Apakah Bunyi itu? Bagaimana manusia dapat mendengar? Proses mendengar merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh adanya “Getaran” da...