Saturday, 19 October 2019

Asal Usul Sukadana


Hari itu para tokoh masyarakat sedang berkumpul di balai pertemuan. Mereka sedang membahas pemberian nama kampong mereka. Sebenarnya sudah berkali-kali pertemuan itu dilakukan, namun tak pernah ada kata sepakat tentang nama kampong mereka itu. Pertemuan itu adalah pertemuan khusus. Artinya, yang datang hanyalah para tokoh. Sejak dulu, setiap kali diadakan pertemuan, tak akanada orang lain yang diizinkan masuk. Jika ada, makaorang itu dianggap melanggar peraturan. Dan orang itu pasti kena sanksi.

Akan tetapi, tidak demikian dengan Ki Agus Sulaiman. Ia adalah anak muda dari sebuah keluarga di kampong itu. Ayahnya seorang petani miskin. Namun, karena Ki Agus Sulaiman anak semata wayang, ia sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Ki Agus Sulaiman di belikan alat musik seperti gitar, rebana, dan suling. Dengan alat music yang dimilikinya, Ki Agus Sulaiman bernyanyi layaknya seorang pengamen. Ia keluar-masuk kampong. Ki Agus Sulaiman pintar memilih-milih lagu. Tak heran pula bila kehadiran Ki Agus Sulaiman selalu dinanti-nanti. Dan Ki Agus Sulaiman nukan hanya pandai bernyanyi, ia juga pandai berjoget.

Maka pada hari itu Ki Agus Sulaiman masuk ke dalam balai pertemuan. Tengah para tokoh berdalih-dalih dengan pemberian nama kampong, Ki Agus dating dan membawakan lagu-lagunya.

Para tokoh masyarakat di balai pertemuan itu terperangah melihat penampilan Ki Agus Sulaiman. Ada yang menganggap perbuatannya melanggar, tak tahu adat. Tapi ada yang merasa terhibur melihat Ki Agus Sulaiman dan ikut berdendang. Akan tetapi, yang sangat merasa khawatir adalah kedua orang tua Ki Agus Sulaiman, mereka was-was bahwa anaknya akan dikenakan sanksi.

Kedua orang tua Ki Agus Sulaiman merasa mendapat petaka atas perbuatan anaknya itu. Ayah Ki Agus Sulaiman segera mendatangi balai pertemuan itu.
“Kau tahu! Balai pertemuan itu bukan tempat orang-orang seperti kita. Yang masuk balai itu hanyalah para tokoh masyarakat. Jangan lagi sekali-kali kamu datang ke tempat itu.” Kata ayah Ki Agus Sulaiman. Sejak kejadian itu, Ki Agus Sulaiman hampir tak pernah keluar rumah. Padahal ayah dan ibunya ingin sekali jika anaknya bisa membantu di lading, tapi Ki Agus Sulaiman taka da hasratnya membantu ayah adan ibunya. Alat-alat music itu menjadi temannya sepanjang hari. Ibunya merasa kesal melihat ulah anaknya itu.
“Apa yang kau kerjakan? Seharian hanya bermain gitar dan rebana!”

Tanpa diduga-duga, suatu hari datanglah seorang utusan dari balai pertemuan. Ia mengatakan bahwa Ki Agus Sulaiman diminta datang ke balai pertemuan. Kedua orang tua Ki Agus Sulaiman takut bukan kepalang. Mereka takut anaknya akan mendapat hukuman karena telah melanggar peraturan. Tapi orang itu membawa Ki Agus Sulaiman ke balai pertemuan. Setiba di balai pertemuan, para tokoh masyarakat telah berada di ruang balai pertemuan, Ki Agus Sulaiman duduk di antara para tokoh. Seorang ketua kampong tampil, ia mengatakan kampong itu akhirnya memiliki nama.
“Berkat Ki Agus Sulaiman, saya putuskan bahwa nama kampong kita ini adalah Sukadana. Nama ini kami ambil dari ketulusan Ki Agus Sulaiman yang suka menghibur dan memberi uang pada orang lain. Ki Agus Sulaiman memang suka menolong orang.

Ki Agus Sulaiman merasa senang. Ulahnya yang menurut kedua orang tuanya akan mendapat petaka malah menjadi berkah. Sejak itu pula, balai pertemuan bukan lagi tempat keramat. Tempat itu kini bisa didatangi oleh siapa saja yang ingin mendengarkan pembicaraan para tokoh masyarakat. Balai pertemuan menjadi tempat bertukar pikiran antara tokoh masyarakat dengan masyarakat biasa. Sementara itu, Ki Agus Sulaiman terus memainkan alat musiknya.
Ia masuk kampong keluar kampong. Uang yang diperolehnya ia kumpulkan dan ia berikan pada orang-orang yang membutuhkan.

Sumber : Legenda di Daerah Lampung, yang diceritakan kembali oleh Achmad. D., diterbitkan oleh Pustaka Anak Indonesia, Cibubur, Jakarta


No comments:

Post a Comment

GETARAN - IPA KELAS 8 SEMESTER GENAP

Apakah Bunyi itu? Bagaimana manusia dapat mendengar? Proses mendengar merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh adanya “Getaran” da...