1.
Perkawinan
monohibrid pada hewan
Contohnya
pada marmot. Rambut marmot (seperti juga pada manusia, tikus, dll) ada yang
hitam da nada yang putih (albino). Marmot yang normal adalah yang berambut
hitam, disebabkan karena ia memiliki gen dominan A yang menentukan pembentukan
pigmen melanin. Alelnya a dalam bentuk homozigotik menyebabkan melanin tidak
terbentuk, sehingga marmot berambut putih. Perkawinan antara marmot jantan
hitam dengan marmot betina albino menghasilkan keturunan F1 yang semuanya
hitam. Jika anak-anaknya ini kawin sesamanya didapatkan keturunan F2 yang
memperlihatkan perbandingan fenotip 3 hitam : 1 albino. Perbandingan genotipnya
adalah 1AA : 2Aa : 1aa.
Gb.1
Diagram perkawinan antara marmot hitam dan albino
2.
Perkawinan
monohibrid pada manusia
Pada
manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun temurun), misalnya
albino/bulai (cara menurunnya gen seperi pada marmot), jari lebih
(polydactyli), kemampuan merasakan rasa pahit atau tidak diwaktu tes PTC ( phenyl
thiocarbamida), mata biru, rambut ikal, celah langit-langit dan celah bibir,
ayan (epilepsi), kencing manis (diabetes), dll.
Berikut
ini diberikan beberapa contoh :
a. Jari
lebih (polydactyli) ditentukan
oleh gen dominan P, sedang alelnya resesip p menentukan jari normal.seorang ibu
normal, suaminya polydactyli mempunyai 3 orang anak. Anak pertama dank e dua
adalah laki-laki polydactyli dan anak ketiga adalah perempuan normal.
Bagaimanakah kira-kira genotip dari individu-individu tersebut?
Ibunya
normal, berarti mempunyai genotip pp. Ayahnya polydactyli tetapi mempunyai
seorang anak perempuan normal. Jadi ayah itu pasti memiliki gen resesip p dalam
genotipnya, sehingga ayah itu heterozigotik Pp. Dengan demikian gen resesip p
dari ayah akan bertemu dengan p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dengan
genotip pp (normal). Anak laki-lakinya polydactyli tentunya juga heterozigotik
Pp.
I. Diagram perkawinan dari keluarga polydactyli
II. Diagram silsilah (Inggrisnya : “pedigree”)
dari keluarga polydactyli
b. Suatu bahan kimia sintetis Phenyl
thiocarbamida (disingkat PTC) dapat digunakan untuk menyelididki
apakah orang tua dapat merasakan rasa pahit ataukah tidak. Orang yang dapat
mengecap rasa pahit disebut pengecap (“taster”), sedang yang tidak merasa
apa-apa (tawar saja) disebut buta kecap (“nontaster”). Kemampuan untuk
merasakan rasa pahit ditentukan oleh gen dominan T, sehingga seorang pengecap
dapat mempunyaia genotip TT atau Tt. Alelnya resesip t menyebabkan orang tidak
dapat merasakan pahit karena itulah orang buta kecap memiliki genotip tt.
Suami
istri masing-masing pengecap heterozigotik mempunyai 2 anak, yaitu anak
laki-laki pengecap dan anak perempuan buta kecap. Berapakah kemungkinannya
bahwa anak laki-laki itu pengecap?
Oleh
karena suami istri pengecap heterozigotik, maka mereka itu masing-masing
mempunyai genotip Tt. Mereka akan menghasilkan keturunan yang kemungkinannya
akan terjadi ¾ bagian berupa anak-anak pengecap dan ¼ bagian berupa anak-anak buta
kecap (Gb. 3). Mereka telah memiliki 1 anak laki-laki pengecap dan 1 anak
perempuan buta kecap. Bahwa anaknya laki-laki pengecap itu heterozigotik
seperti ayahnya, kemungkinannya ialah 2/3.
Gambar
3. Diagram perkawinan dari suami istri yang masing-masing pengecap
heterozigotik.
c. Kencing manis (diabetes
mellitus),
ialah suatu penyakit metabolisme pada tubuh manusia yang disebabkan oleh karena
pancreas kurang menghasilkan insulin, sehingga kadar gula dalam darah tinggi
sekali dan sebagian dibuang melalui air kencing. Penyakit kencing manis atau
sering disebut juga penyakit gula dapat membahayakan kesehatan orang, antara
lain penyembuhan luka pada penderita ini akan berlangsung lebih sulit. Dahulu
dikira bahwa penyakit ini bukan keturunan, sebab memang kebanyakan penderita
karena berfoya makan, tidur tidak teratur, mendapat tekanan perasaan yang
sangat dirasakan atau karena kerusakan lain dalam faal tubuh. Akan tetapi dari
penyelidikan diketahui bahwa kurangnya kemampuan dari pancreas untuk membentuk
insulin itu ditentukan oleh gen resesip d. jika seseorang pada suatu waktu
dikatahui menderita diabetes, sedangkan kedua orang tuanya normal, maka dapat
dipastikan bahwa kedua orang tua itu heterozigotik (Gambar 4). Dengan demikian
maka gen resesip d dari kedua orang tua akan bertemu pada anaknya.
Gambar
4 Diagram perkawinan pada keluarga penderita diabetes
Namun
demikian, timbulnya diabetes juga dipengaruhi oleh ekspresi dari gen itu.
Ada
pula pendapat yang menyatakan bahwa diabetes seperti halnya dengan epilepsy
(penyakit ayan) itu ditentukan oleh beberapa gen (poligen), tidak oleh sebuah
gen tunggal.
d. Thalassemia, ialah penyakit darah bawaan
(keturunan) yang menyebabkan sel darah merah (eritrosit) pecah (hemolysis).
Penyakit ini banyak terdapat di Negara-negara disekitar laut tengah (Italia,
Yunani, Turki, pantai Utara Benua Afrika). Tiimur Tengah (Irak, Afghanistan,
Iran, Pakistan), India Utara. Muangthai, Laos, Vietnam, Kamboja, dan di sekitar
khatulistiwa (Indonesia, Afrika Tengah).
Gambar
5. Peta yang menunjukkan distribusi dari penyakit Thalassemia. Penyakit darah
ini kebanyakan terdapat di daerah sekitar Laut Tengah dan khatulistiwa.
Thalassemia
berdasrakan keparahannya dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.
Thalassemia
mayor, ini
sangat parah dan biasanya menyebakan kematian pada bayi.
2.
Thalassemia
minor, ini
tidak begitu parah, tetapi biasanya memerlukan berkali-kali transfuse darah.
Di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM (Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta
pernah dijumpai 2 anak penderita Thalassemia, ialah Agus Susanto (5 tahun) dan
Linawati (7 tahun). Agus Susanto sejak usia 1¼ tahun dan Linawati sejak umur 3
tahun menerima transfuse darah untuk selama hidupnya.
Thalassemia
ditentukan oleh gen dominan Th, sedang alelnya resesip th menentukan sifat
normal. Orang yang heterozigotik Thth menderita Thalassemia minor, sedangkan
orang sehat bergenotip thth.penderita Thalassemia mayor tidak pernah dijumpai
sampai umur dewasa, sebab biasanya sudah meninggal diwaktu bayi atau
kanak-kanak. Jadi apabila dalam suatu keluarga didapatkan penderita Thalassemia
minor dapat sipastikan bahwa kedua orang tuanya adalah penderita Thalassemia
minor pula (Gambar 6).
Gambar
6. Diagram perkawinan dari suatu keluarga penderita Thalassemia yang mempunyai
anak normal.
PENGUJIAN PERSILANGAN MONOHIBRID
1.
Persilangan
Resiprok
Perkawinan
resiprok (perkawinan kebalikan) adalah perkawinan yang merupakan kebalikan dari
perkawinan yang semula dilakukan.
Sebagai
contoh dapat digunakan percobaan Mendel pada tanaman ercis.
H
: Gen untuk buah polong berwarna hijau
h :
Gen untuk buah polong yang berwarna kuning
mula-mula
dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan tanaman ercis berbuah
polong kuning. Semua F1 berbuah polong hijau. Keturunan F2 memisah dengan
perbandingan fenotip 3 hijau : 1 kuning. Pada perkwinan resproknya digunakan
serbuk sari yang berasal dari tanaman berbuah polong kuning dan diberikan
kepada bunga dari tanaman berbuah polong hijau.
Gambar
1. Perkawinan Resiprok Nampak menghasilkan keturunan yang sama,baik F1 maupun
F2.
2.
Perkawinan
Balik “Backcross”
Ialah
perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Ambillah
sebagai contoh marmot.
B
: Gen untuk warna hitam
b :
gen untuk warna putih
Jika
marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot bb, maka semua keturunan
F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam.
Gambar
2. Perkawinan balik dengan menggunakan induk yang homozigot dominan.
Jika
dilakukan perkawinan balik antara marmot F1 dengan induk jantan (hitam), maka
semua marmot F2 berwarna hitam,meskipun genotipnya berbeda. Disini dapat
dilihat bahwa dua individu dapat mempunyai fenotip sama tetapi berlainan
genotipnya.
3.
Uji
Silang “Test cross”
Ialah
perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang dobel resesif.
Pada
contoh ini maka uji silang (‘testcross’) menghasilkan keturunan 50% marmot
hitam dan 50% marmot putih.
Gambar
3. Uji silang (‘testcross’) pada monohybrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 1:1.
Dapat
diambil kesimpulan bahwa ujisilang (‘testcross’) terhadap
individu monohibrid menghasilkan keturunan yang
memperlihatkan perbandingan 1:1. Perkawinan demikian disebut uji
silang, karena biasanya dilakukan untuk menguji ketidak-murnian suatu
individu.
Seperti
contoh diatas, anadaikan marmot hitam semua, tentunya tidak akan mengetahui
bagitu saja, apakah marmot itu homozigot atau heterozigot. Jika marmot hitam
ini dikawinkan dengan marmot hitam pula, maka semua keturunan akan hitam.
Tetapi jika dilakukan uji silang (yaitu dengan
menggunakan individu yang dobel resesip), keturunannya memisah dengan
perbandingan 1:1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa marmot hitam itu adalah
heterozigotik. Namun jika ujisilang tadi menghasilkan
keturunan hitam semua, berarti marmot itu adalah homozigotik.
4.
Sifat
Intermedier
Sebagai
contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman homozigot berbungan
merah (genotip MM) diberikan pada putik dari tanaman homozigot berbunga putih
(genotip mm),
Gambar
4. Diagaram perkawinan antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat,
dimana terdapat sifat intermedier sampai dengan F3. Tanaman berbunga merah (MM)
dan berbungna putih (mm) merupakan galur murni.
Maka
didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga merah jambu (genotip Mm). Warna
merah jambu ini disebut sifat intermedier (antara merah dan putih). Jika
tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, didapatkan tanam-tanaman
F2 yang memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 merah jambu : 1 putih. Pada keturunan
berikutnya (F3) maka tanam-tanaman yang berbunga merah akan terus menghasilkan
tanaman berbunga merah. Begitu pula tanaman yang berbunga putih akan terus
menghasilkan tanaman berbunga putih. Tetapi tanaman yang berbunga merah jambu
akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
No comments:
Post a Comment