Monday 5 February 2018

CACING OH CACING


A.    PENGERTIAN PLATYHELMINTHES
 
Platyhelminthes adalah kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih. Secara bahasa platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani , yaitu “Platy” yang artinya pipih dan “helmin” yang artinya cacing. Platyheminthes biasanya hidup bebas di laut atau di air tawar, adapula yang hidupnya parasit.Cacing ini kebanyakan bersifat hemafrodit, yaitu memiliki dua kelamin, jantan dan betina, dalam satu tubuh.Namun demikian mereka tetap melakukan perkawinan antara 2 individu.Platyhelmintes tidak memiliki sistem pernapasan dan sistem peredaran darah.Sistem pencernaannya tidak sempurna, karena mereka belum mempunyai anus.

B. STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes merupakan hewan yang tidak memiliki rongga tubuh sehingga disebut hewan aselomata.Tubuhnya tersusun oleh tiga lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm) dan lapisan dalam (Endoderm).Dinding tubuh bagian luar disebut epidermis dan ditutupi oleh sel halus yang bersilia.Lapisan dalam tersusun oleh otot yang berkembang dengan baik.Pada ujung tubuhnya terdapat kepala yang tumpul atau membulat, sedangkan pada ujung lainnya terdapat bagian ekor yang meruncing.

 
STRUKTUR TUBUH PLATYHELMINTHES
Pada bagian ujung depan tubuhya terdapat bagian sensorik yang dapat merespon perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan bagian sensoriknya, yang juga merespon terhadap cahaya dan zat kimia, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan dengan cepat. Platyhelminthes juga memiliki mulut, faring, dan usus yang berperan dalam sistem pencernaan, ia tidak memiliki anus sehingga sisa makanan akan dikeluarkan kembali melalui anus. Sistem saraf berbentuk seperti tali dengan pusat pada ganglion otak di bagian depan tubuhnya. Sistem eksresi berbentuk dua saluran dan akan bermuara pada pori-pori tubuh, pusat dari saluran eksresi merupakan sel api yang memiliki silia dan ketika silia tersebut bergerak sel ini akan terlihat seperti kobaran api, sehingga disebut sel api. Fungsi silia pada sel api adalah untuk mengatur pergerakan cairan.
C.Ciri-Ciri Platyhelminthes

  • Bentuk tubuh pipih, simetri bilateral, triploblastik, dan acoelomata.
  • Tubuhnya terdiri atas bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian punggung (dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping (lateral).
  • Sistem pencernaan makanan belum sempurna, terdapat mulut dan belum memiliki anus. Makanan masuk melalui mulut —> farink —> usus —> dan dikeluarkan melalui mulut.
  • Belum memiliki sistem respirasi. Masuknya oksigen (O2)dan keluarnya karbon dioksida (CO2) melalui permukaan kulit.
  • Sistem ekskresi tersusun atas sel-sel bersilia ( flame cells /aster / sel api ).
  • Susunan syaraf  terdiri  atas 2 ganglia yang  berbentuk cincin membentuk tangga tali.
  • Reproduksi secara  seksual dan aseksual. Secara seksual dilakukan dengan  perkawinan silang atau perkawinan sendiri, karena  bersifat hermaprodit (monoceus). Secara aseksual dengan  fragmentasi dan membentuk generasi baru (regenerasi).
  • Hidup bebas di air tawar maupun tempat–tempat lembab.
  •  
D.   MORFOLOGI DAN ANATOMI
1. bentuk tubuh pipih memanjang , seperti pita, dan seperti daun
2. panjang tubuh bervariasi
3.tubuh tertutup oleh lapisan epidermis bersilia yang tersusun oleh sel-sel sinsitium sementara pada Trematoda dan Cestoda parasit tidak memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh kutikula.
4. tidak memiliki kerangka luar dan dalam sehingga tubuh lunak
5. tidak mempunyai rongga tubuh ( Acelomata )
6. ruangan-ruangan di dalam tubuh yang ada di antara berbagai organ terisi dengan mesenkim yang disebut parenkim
7. sistem digesti sama sekali tidak ada pada Acoela dan cacing pita, tetapi pada cacing pipih yang lain mempunyai mulut, faring dan usus buntu.
8. tidak memiliki sistem respirasi dan sirkulasi
9. sistem ekskresi terdiri dari satu atau sepasang protonefridia dengan sel api
10. sistem saraf : primitif. Sistem saraf utama terdiri dari sepasang ganglia serebral atau
otak dan1-3 pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura saraf tranversal. Tipe saraf seperti seperti ini disebut sistem saraf tangga tali.Organ-organ sensori umum dijumpai pada Turbellaria, tetapi pada hewan yang parasit organ tersebut mereduksi.Reseptor kimia dan peraba pada umumnya berbentuk lubang atau lekukan yang bersilia.
11.  alat kelamin tidak terpisah ( hermaprodit )
E. SISTEM ORGAN PADA PLATYHELMINTHES
  • Sistem Pencernaan, seperti yang telah saya jelaskan diatas, sistem pencernaan dari Platyhelminthes terdiri atas mulut, faring dan usus. Faring dapat keluar dari mulut untuk menangkap makanan, kemudian masuk ke mulut dan dicerna di dalam usus yang bentuknya bercabang-cabang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh, sisa makanan dari platyhelminthes akan dibuang dan dikeluarkan melalui mulut karena cacing pipih tidak memiliki anus.
  • Sistem Persarafan, sistem persarafan pada platyhelminthes diatur oleh otak yang terdapat pada bagian depan tubuh, otak ini akan bercabang menjadi dua ganglion. Kemudian ganglion tersebut akan bercabang lagi hingga mempersarafi tubuh, dan sel-sel saraf tersebut terkonsentrasi pada bagian tepi tubuh. Sehingga sistem saraf pada Platyhelmintes membentuk sistem tangga tali dengan otak pada bagian depan tubuh yang menjadi pusatnya.
  • Sistem Eksresi
pada platyhelminthes berupa dua saluran memanjang yang akan bermuara pada pori-pori tubuh. Kedua saluran tersebut akan bercabang-cabang pada bagian punggung dan berakhir pada sel api yang memiliki silia sebagai pusatnya.
  • Sistem Reproduksi
,pada platyhelminthes, proses reproduksi dapat berlangsung secara seksual maupun aseksual. Umunya hewan ini bersifat hermafrodit, yaitu memiliki dua kelamin dalam satu individu, namun demikian perkawinan tetap terjadi antara 2 individu yang berbeda, tapi ada juga sumber yang mengatakan bahwa hewan ini dapat bereproduksi sendiri secara seksual. Setelah bertemunya sperma dan ovum, maka akan dihasilkan sel telur yang miksroskopik, pembuahan terjadi di dalam tubuh. Sedangkan proses reproduksi secara aseksual terjadi melalui fragmentasi.
  • Sistem Pernapasan dan Sistem sirkulasi
pada platyhelminthes tidak terdapat kedua sistem ini. Sehingga proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui proses difusi, yaitu proses pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
  • Sistem Gerak
Cacing yang hidup bebas bergerak secara aktif, seperti Planaria.Hewan ini bergerak ke arah tempat yang teduh untuk menghindari terik matahari. Hewan ini bergerak dengan cara merayap dan meluncur.
gerak merayap : tubuh cacing memanjang sebagai akibat dari kontraksi otot sirkular dan drosoventral. Kemudian bagian depan tubuh mencengkeram pada substrat dengan mukosa atau alat perekat khusus. Dengan mengkontraksikan otot-otot longitudinal,bagian tubuh belakang tertarik ke arah depan. Gerakan otot-otot obligus menyebabkan tubuh membelok.
gerak meluncur : terjadi dengan bantuan silia yang ada pada bagian ventral tubuhnya dan zat lender yang dihasilkan oleh kelenjar lendir dari bagian tepi tubuh. Zat lendir itu merupakan “ jalur ” yang akan dilalui. Gerakan silia yang menyentuh jalur lendir menyebabkan hewan bergerak.Selama berjalan meluncur, gelombang yang bersifat teratur tampak bergerak dari kepala ke arah belakang.
F.Klasifikasi Platyhelminthes
Platyhelminthes terbagi menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).
1.      Kelas Turbellaria (Cacing Berambut Getar)

Kelompok cacing Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria.Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati.


Ciri dan Karakteristik
  • memiliki struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi sebagai alat gerak. Selain menggunakan silia, hewan dari kelas ini bergerak menggunakan otot tubuhnya yang menyerupai gelombang.
  • memilikistigma/oseli (bintik mata), yaitu indera yang  peka terhadap rangsang cahaya  dan aurikula (telinga) sebagai indera peraba.
  • tidak memiliki sucker (alat penghisap / pelekat).
  • Sistem syaraf berupa ganglia.
  • sistem pencernakan masih sederhana (mulut, faring, usus), mulut di    bagian ventral.
  • sistem ekskresi berupa sel – sel api (aster/flame sel ).
  • sistem reproduksi secara vegetatif dengan amphigoni dan Memiliki daya regenerasi yang  tinggi (apabila tubuhnya terpotong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru), dan secara  generatif dengan  perkawinan (bersifat hermaprodit).
  • hidup bebas di air tawar dan di tempat yang lembab.
Contoh :
  • Dugesia trigina, Planaria sp (hidup di air tawar yang  tidak berpolusi). Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati.
  • Biphalium sp , hidup di tempat lembab (di bawah lumut)

2)     Kelas Trematoda (Cacing Isap)
Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati).Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau.
Ciri dan Karakteristik
  • bentuk pipih seperti lembaran daun.
  • memiliki alat penghisap (sucker) di bagian anterior (mulut) dan posterior (ventral tubuh), sehingga bersifat endoparasit atau merugikan.(sucker) yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya.
  • tubuh tersusun atas lapisan kutikula yang befungsi melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang.
  • tidak memiliki silia (rambut getar).
  • sistem syarat, respirasi, dan ekskresi sama seperti pada Planaria sp.
  • sistem reproduksi secara generatif (bersifat hermaprodit), secara vegetatif dengan cara partenogenesis
Contoh :
  • Fasciola hepatica,  habitat pada hati hewan ternak (kambing, kerbau, dan sebagainya). bentuk pipih seperti daun, memiliki 2 alat isap, sifat kelamin hermaprodit, dan tidak bersegmen.   Siklus Hidup-nya :cacing dewasa —>telur —> stadium mirasidium  (larva 1)  —>sporocyste —>redia (larva 2) —>sercaria (larva 3) —>metasercaria —>cyste —> cacing dewasa. Cacing dewasa dan telur berkembang dalam tubuh sel inang.  larva 1 – larva 3 berkembang dalam tubuh hospes siput air ( Lymnea sp ) dan ikan, metasercaria dan cyste hidup di alam bebas.
Siklus Hidup Fasciola hepatica
  • Chlonorchis sinensis ,habitat di hati manusia. ciri–ciri dan siklus hidupnya sama dengan Fasciola hepatica, dengan  inang perantara Siput (Alocinma sp ) dan ikan air tawar.
  • Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni  ; habitat pada pembuluh darah (vena), sehingga di sebut juga cacing darah. Inang perantaranya adalah Siput (Oncomelanian hupensis). Bersifat sebagai parasit menimbulkan penyakit (schistosomiasis)  yang dapat  menyebabkan kerusakan pada hati, jantung, limfa, kantung kemih, dan ginjal.
  • Fasciola buski,  hidup di usus
  • Paragonimus westermani ,  hidup di paru–paru
  • Metagonimus yokogawai ,  hidup dalam usus halus
3)     Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cacing ini dikenal sebagai cacing pita.Seperti cacing hati, cacing pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar 1500 species.Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih.Tubuh kita dapat dimasuki cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang tidak matang.Jenis yang terkenal adalah Taenia saginata (inangnya hewan sapi) dan Taenia solium (inangnya hewan babi).

Ciri dan Karakteristik
  • Bentuk tubuh pipih panjang seperti  pita.
  • Tubuh terbagi atas kepala (scolex), leher (collum), dan tubuh belakang (abdomen).  Pada scolex terdapat alat kait (rostellum)  dan 4 buah alat  isap (sucker) untuk melekat pada  dinding usus.  Abdomen terdiri  atas ruas–ruas  yang masih semu (Pseudosegmen). Tiap ruas dinamakan proglotid,  yang  didalamnya terdapat sistem syaraf, respirasi, ekskresi,  pencernakan, dan reproduksi. Proglotid  yang tersusun secara tidak beraturan dinamakan strobilasi.
  • Tubuh  dilapisi  kutikula yang tebal, dan tidak  memiliki silia.
  • Belum memiliki mulut dan alat pencernakan yang nyata.
  • Reproduksi secara  vegetatif dengan fragmentasi proglotid, dan secara generatif dengan perkawinan. Tiap proglotid memiliki ovarium     dan testis, jika terjadi pembuahan ribuan telur dalam proglotid mengandung embrio (onkosfer).
Contoh :
  • Taenia solium,  hidup pada usus manusia dan sebagai hospes adalah daging babi.  Siklus hidupnya :  proglotid yang  dewasa keluar lewat feces dan mengandung larva ankosfor, dan menempel pada tanaman. Bila termakan oleh babi akan tumbuh menjadi heksakant. Heksakant menembus dinding  usus  masuk ke aliran darah, kemudian ke dalam otot atau jaringan lain pada babi menjadi sistiserkus.  Bila sistiserkus dalam daging hewan ternak babi termakan manusia akan menetas menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia.
Daur Hidup Taenia solium
  • Taenia saginata ,  parasit pada manusia dengan perantara daging sapi. siklus hidupnya hampir sama dengan Taenia solium.
  • Taenia echinococcus ,parasit pada  usus manusia dengan perantara binatang buas (anjing).
  • Diphylobothrium latum ,  parasit pada  usus manusia dengan perantara hewan aquatik (ikan).
  • Choanotaenia infundibulum,  inang tetapnya adalah  ayam dan inang    perantaranya adalah  hewan arthropoda.
G. SISTEM DIGESTI ( PENCERNAAN )
1.      Turbellaria memiliki sistem saluran pencernaan makanan yang terdiri dari : mulut, faring, usus, tanpa anus, kecuali pada cacing pita tidak dijumpai adanya intestine ( usus ). Hewan ini pada umumya merupakan hewan karnivora, makanannya berupa hewan kecil ( cacing, krustacea, siput dan potongan-potongan hewan mati ). Mula-mula makanan didekati, kemudian dilibas dengan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar muskus dan sel rhabdit.Makanan selanjutnya dimasukkan ke dalam faring. Di dalam faring, makanan dicampur dengan “ cairan digesif ”. Makanan dicerna oleh aktivitas cairan digestif dan adanya gerakan memompa dari faring.Setelah itu makanan ditelan.Pencernaan terjadi secara ekstraseluler dan intraseluler.Makanan yang sudah tercerna didistribusikan ke cabang-cabang alat pencernaan.Makanan yang tidak tercerna dikeluarkan oleh mulut.
2.      Trematoda mempunyai alat digesti, tetapi tidak lengkap. Sistem pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, esophagus, dan intestine. Makanan anggota Trematoda bias berupa darah, sel-sel yang rusak, cairan empedu, dan cairan limfa. Pencernaan makanan terjadi di dalam rongga sekum, berarti pencernaannya berlangsung secara ekstraseluler.Sari makanan diserap oleh sel-sel parenkim dan di edarkan ke seluruh jaringan tubuh.Makanan yang tidak tercerna dimuntahkan melalui mulut.
3.      Cestoda tidak mempunyai alat pencernaan. Makanan yang sudah berupa sari-sari makanan pada intestine inang diserap langsung melalui seluruh permukaan tubuh.
H. SISTEM EKSKRESI ( PENGELUARAN )
1.      Turbellaria memiliki alat ekskresi berupa system protonefridial yang tersusun oleh dua saluran longitudinal. Kedua saluran itu berhubungan dengan jaring-jaring pembuluh yang bercabang ke seluruh tubuh dan berakhir pada sel api yang berukuran besar.Sel-sel api itu berada diantara sel-sel tubuh yang lain. Sel-sel api mengumpulkan kelebihan air dan kotoran yang bersifat cair. Di dalam rongga sel api terdapat sekelompok silia yang dapat menggerakkan zat buangan kepembuluh-pembuluh yang terbuka pada permukaan tubuh ( nefridiofor ).
2.      Pada Trematoda  susunan system ekskresinya tidak berbeda dengan kelas Turbellaria, yaitu sama-sama ditemukan komponen sel api yang terbentuk dari protonefridia. Sel-sel api memiliki saluran-saluran yang menuju ke saluran pengumpul yang terdapat pada bagian ventral dan dorsal tubuh. Saluran pengumpul dorsal ada 2 dan saluran pengumpul ventral  juga ada 2. keempat saluran pengumpul itu bermuara pada saluran pengeluaran yang memanjang sepanjang tubuhnya dan berakhir pada lubang pengeluaran yang terletak pada bagian posterior tubuh. Sel-sel api mengumpulkan bahan buangan dari sel-sel yang ada disekitarnya untuk disalurkan ke saluran pembuangan.
3.      Pada Cestoda, terdapat 4 saluran ekskresi longitudinal. Dua saluran yang ada pada sisi dorsal membentang hanya pada bagian anterior strobilla. Dua saluran yang ada pada sisi ventral memanjang di seluruh permukaan tubuh. Keempat saluran itu bergabung satu sama lain melalui saluran cincin. Saluran dorsal mengumpulkan zat-zat ekskresi pada bagian kepala              ( skoleks ) dan saluran ventral menyalurkan zat ekskresi menjauhi skoleks.
l.HABITAT DAN HABITUS
1.      Turbellaria à hidup di alam ( hidup di lingkungan berair )
2.      Trematoda  à hidup bersifat parasit yang membutuhkan inang untuk kelangsungan hidupnya. Cacing dewasanya hidup pada hewan vertebrata sebagai inang definitive, tetapi setiap jenis cacing mempunyai inang yang khas.Sementara larvanya ada yang hidup bebas dan ada yang hidup di dalam inang perantara berupa hewan-hewan avertebrata.
3.      Cestoda à hidup bersifat parasit. Cacing dewasa dan larvanya hidup pada inang yang berbeda, tetapi semuanya termasuk hewan vertebrata.





J.  Peranan Platyhelminthes
  • Hampir semua anggota Platyhelminthes merugikan (parasit), Caing Isap menyebabkan penyakit, cacing pita yang sangat panjang dapat menyumbat usus dan menyerap sari-sari makan yang  cukup banyak.
  • Planaria sp dapat digunakan sebagai indikator perairan yang tidak tercemar oleh limbah.

















No comments:

Post a Comment

Penilaian Harian Zat Aditif dan Adiktif

  A.    Pilihlah jawaban yang paling benar! 1.     Dalam suatu botol kemasan minuman tertuliskan bahwa komposisinya berupa air, fruktosa, ...